Jumat, 28 Desember 2012

Bie (chapter one)

Heyyy! udah lama ya ga nge post. Aku udah 19 tahon loh ngomong-ngomong (terus kenapa?) haha ga berasa udah mau semester 4 ajaaa hoaaam doain uas gue ya! oh iya by the way, karena mumpung libur gue jadi semangat mau nulis lagi. ini tulisan gue baru jadi setengah tapinya gapapa yaaa?
judulnya bie. dibaca yaaa mentemen kalo ada kurang atau salahnya boleh di kirimkan kritiknya ditunggu ya:))) 
haha hope you will enjoy this :


.Bie.

Chapter one

          Silaunya siang hari kurasakan begitu menggigit. Kelopak mataku langsung cepat-cepat menyipit kembali ketika kornea ini telah menangkap kuning pekat sinarnya. Nyaris seperti king cobra yang baru bangun dari tidurnya, aku mendesis pelan.  Aku tengok tangan kananku dan melihat jam telah menunjukkan pukul  10.30.  Pantas saja, ternyata selama 1 jam 30 menit perjalanan tadi aku tertidur dan tak sadar ketika sang mentari telah menunjukkan eksistensinya kini.
Aku naik kereta menuju Birmingham dari kota London. Kota kelahiran William Shakespeare ini telah membuatku penasaran dengan kanal cantik dan pub Inggris klasiknya. Lagipula, ketimbang London, harga penginapan disini lebih terjangkau. Lebih murah daripada Liverpool, Oxford, dan Manchester. Berhubung ibuku belum mentransfer uang ke rekening ku dan akhir-akhir ini aku jarang ambil job foto yang ditawarkan berbagai majalah gheographic kepadaku, jadi aku kurang pasokan dana dan harus mengirit untuk hobiku yang satu ini. Travelling ke seluruh dunia.
Ya, hobi yang mahal.

 “ya, ma?” Respon pertama waktu suara ponsel ku berdering dan menunjukkan nama mama di panggilan masuk.
“Bi, mama sudah transfer uang ya barusan” suara lembut itu langsung membawa kabar baik untukku.
“hehe makasih loh ma” dalam hati aku mengucap syukur.
“jangan boros-boros ya! kamu gimana bi kabarnya? Nat cerita katanya kamu itu kemaren nekat ke Norwey sendirian ya? Gimana sih bi ga bilang-bilang mama, paling ngga ajak nat lah jangan sendirian ntar kalo kenapa-napa lagi gimana? ” oceh mama dari ujung telfon.
Aku pun menjawab santai “ma…..it was a week ago. Looks, now i’m talking to you on the phone right? It means I’m okey ma..never better malah”
Mama pun tak tinggal diam dan terus mengoceh “ Ngapain emang di Norwey? Seenggaknya ajak nathan dong sayang…norwey itu jauh sekali…mama khawatir semenjak kejadian kamu jatuh di jenewa”
Akhirnya terpaksa aku pun harus menjelaskan dengan panjang lebar
 “Aku-ga kenapa napa mama. Aku ke norwey juga karena dapet hadiah liburan dari salah satu milis fotografi yang sering aku kirimi foto hasil jepretan-jepretanku. Katanya aku dan 4 member lainnya layak dapat penghargaan liburan atas keaktifan ku di milis. Lagian it just 3 days ma…norwey itu bagus banget loh. Sayang banget gabisa liat aurora yg menggeliat di langit norwey, karena ini bulan november…oh iya!dan aku gapunya budget buat ajak nathan karena aku aja juga dapet gratisan”
Ada helaan nafas panjang mama yang terdengar di telfon “okey okey…tapi tetep aja bi mama khawathir….”
          Sebelum mama menyelesaikan kalimatnya, aku pun buru-buru menyudahi begitu dari sudut jendela samar-samar aku melihat palang BIRMINGHAM Moor Street  yang menunjukkan bahwa aku telah sampai di stasiun birmingham. 
“ma nanti lagi ya telfonnya, aku baru sampe di birmingham nih daaaaaaaaaaaa”
“APA?BIRMINGHAM? VHIBIE JOVANKA TANTYA!!! BARU AJA MAMA COMPLAIN KAMU UDAH PERGI-PERGI SENDIRI LAGI!” Terdengar teriakan mama dari ujung telfon yang memekakkan telinga ku, untung saja cepat-cepat aku matikan telfonnya sebelum aku tuli mendadak.

           Satu satunya alasan kenapa wanita itu begitu khawatir terhadap ku adalah karena kejadian 3 bulan lalu waktu aku tiba-tiba saja dengan tanpa alasan jatuh pingsan di tepi danau Jenewa- Swiss yang memiliki air yang sangat bersih dan dingin karena sumber air es di pegunungan Alpen.  Waktu aku sedang ada job dari majalah Audubon untuk ambil panorama ke daerah dekat pegunungan Alpen.
Pasti semua orang begitu bingung melihat aku yang seperti kutu loncat dapat berpindah-pindah wilayah, pulau, bahkan negara dengan cepatnya. Panjang ceritanya, tapi alasan sekunderku adalah karena aku jatuh cinta pada foto. Dan untungnya, bakat memotret itu pun datang begitu saja mengetuk diriku .
Entah bagaimana datangnya bakat itu, tetapi dari kecil aku memang suka berpergian dengan keluargaku. Kamera yang dibawa untuk sekedar mengabadikan momen oleh keluargaku, sering aku pakai berkeliling untuk memotret sana-sini. Jadilah sewaktu aku baru lulus SMA,  tiba-tiba saja ibuku dengan sumringah membawa-bawa majalah national geographic indonesia dan memperlihatkan sesuatu padaku.
          Ternyata tak disangka-sangka, beberapa foto hasil jepretanku berhasil masuk rubrik foto lepas. Foto jernihnya laut kepulauan derawan di Kalimantan, foto jajaran tembakau di temanggung Jawa tengah, hingga foto-foto capung yang asik terbang diatas tumpukan terasering yang membentang hijau di ubud Bali.
Semua berkat keisengan ibuku yang rajin mengirimkan foto-fotoku ke beberapa majalah, koran, kontes foto, bahkan situs-situs di internet. Semenjak itulah aku kecemplung dengan ‘fotografi’. Aku mulai dapat banyak tawaran job foto setelah foto-fotoku ditampilkan di beberapa majalah dan website-website fotografi. Kebanyakan para redaksi kaget melihat aku yang perempuan dan baru 18 tahun sudah mau mengambil job-job ke berbagai daerah yang jauh dari Indonesia.
Itu semua tidak lain tidak bukan dikarenakan alasan Primerku.
             Aku punya kelainan yang disebut Synesthesia.
Pernahkah terbayangkan olehmu, kira-kira bagaimana warna dari nada A atau C atau Cminor. Atau mungkin warna dari bunyi klakson mobil, warna dari bunyi tuts piano yang di tekan? Atau yang lebih aneh lagi adalah merasa bisa mendengarkan suara dari buah buahan?
Ya, aku merasakan semuanya. Aku merasa minuman anggur rasanya persegi, angka lima kenyal seperti permen karet, hari Senin warnanya biru, atau nada-nada musik terlihat terbang di dalam ruangan. Jika aku makan sup dan rasanya kurang garam, aku akan bilang: “sup ini kurang bulat” atau “sup ini kurang titik titiknya”.
Aku bahkan tidak mau memegang penghapus yang telah kotor. Karna aku selalu bilang bahwa penghapus itu berkeringat dan bau.
Awalnya orang-orang menganggap aku sedang menghayal, atau menganggap aku sedang mengkonsumsi obat tertentu. Tetapi aku tidak dalam keadaan mabuk, aku benar-benar sadar. Tadinya mereka nyaman-nyaman saja berada di dekatku, tapi lama kelamaan mereka risih, tak mau berbicara denganku karna aku dianggap orang aneh, tidak waras karena selalu mengatakan hal-hal yang berbeda dengan persepsi orang normal lainnya.
Tak heran, aku tidak punya teman disekolah. Tidak ada yang betah lama-lama mengobrol denganku, dianggap aneh oleh guru, diacuhkan, tak dianggap ada. Aku sangat introvert. Lebih baik sendirian mengutak-atik suatu hal. Satu-satunya kenyamananku hanya acara jalan-jalan keluarga dan Ibuku. Cuma ibuku yang mengerti, yang mau berfikiran luas dan tidak pernah menyalahkan perbedaan persepsi. Walaupun ayah, dan kedua kakak ku; (nathan,dan stefanny)  juga bersikap baik terhadapku, tapi aku tahu sebenarnya mereka tidak benar-benar mengerti aku.
              Keluarga ku memang sangat berkecukupan. Bisa dibilang kaya raya dan melimpah. Ayahku adalah seorang Duta besar, dan Ibu ku juga berjual-beli mutiara dan batu-batu safir yang pelanggannya biasanya kaum-kaum ekspatriat. Stefanny kakak ku yang pertama, begitu pintar. Ia mendapat beasiswa dan kini telah lulus dari Universitas Murdoch,  Perth Australia. Sedangkan Nathan dikirim ke UK untuk dapat berkuliah di Universitas Queen mary di London. Mereka berdua hebat, dianggap sebagai kaum-kaum intelek, bibit unggul. Tidak seperti aku. Aku layaknya tambahan creamer untuk segelas capuccino iced blended siap saji. Jika dibutuhkan, dibubuhkan. Jika tidak dibutuhkan, hanya memajang raga tanpa diaacuhkan orang. Aku selalu dianggap kasta bawah, dan merasa tidak dimanusiakan sebagai manusia.

Karna synesthesia yang parah telah aku derita sejak kecil ini, aku menjadi orang yang sangat tidak betah dengan lingkungan bila berada lama disuatu tempat. Keluarga ku tau aku sudah sangat menderita dengan lingkungan yang tidak menerimaku semenjak aku menjejaki sekolah dasar. Maka beruntunglah aku waktu punya alasan untuk pergi dari rumah karna berlabel ‘fotografer.’ Dan tekadku sudah bulat, ingin mengadakan travelling ke seluruh dunia untuk lebih mengenal hal-hal juga lingkungan yang baru. Yang pastinya tidak harus berdiam diri lama disuatu tempat dengan orang-orangnya yang berfikiran sempit.
Tentunya keputusanku untuk pergi sendirian ke berbagai tempat di bumi ini, menimbulkan badai besar dalam keluargaku. Ayahku marah-marah, kakak-kakak ku mengganggap aku hanya membuat sensasi, tetapi…….lagi-lagi ibu ku lah yang membelaku dan meyakinkan semuanya.

“Udah jangan pikirin yang lain, yang penting jiwa kamu bebas. Pikiran kamu lepas. Vhibie udah gede, jaga diri baik-baik ya bi….mama akan selalu pantau kamu. Kamu tau kan, papa punya banyak mata disana-sini jadi jangan macem-macem. Jitak pokoknya kalo aneh-aneh!” 
Begitulah kata-kata terakhir ibu ku di bandara 2,5 tahun lalu waktu mengantarkan aku menjalankan trip pertama ku ke chocolate hills, Philiphine. Ya 2,5 tahun lalu…..
                Aku tadinya begitu bebas dan jarang dikhawatirkan oleh ibu dan keluargaku. Namun semenjak kejadian di Jenewa, aku di boyong ke London di salah satu flat tempat kakak ku tinggal untuk menyelesaikan studinya. Perjalanku sedikit mengalami kendala. Aku tak boleh berpergian jauh-jauh, paling tidak hanya boleh disekitaran wilayah Inggris. Itupun, Nathan sebisa mungkin harus menemaniku. Jujur aku tidak nyaman, aku tau Nat juga tidak. Aku seperti dibebankan kepadanya, jadi akhir-akhir ini aku sering berpergian sendiri diam-diam dan tanpa restu darinya.
Kini aku telah berada di Birmingham. Berbekal dengan gps, dan buku panduan wisata, kaki-kaki kecilku dengan sendirinya mengajak tubuhku melangkah menyusuri kota ini. Satu hal yang kusenangi dari kota ini adalah kanal-kanal nya yang cantik, mengingatkan ku pada romantisme kota venice. Sayangnya aku belum pernah menjejaki Italia. Tapi aku tau, aku pasti senang sekali bila dapat berlabuh disana.
        
            Aku menghabiskan siangku dengan berjalan-jalan sekitaran Aston, mengambil beberapa foto, lalu lanjut lagi ke Birmingham New Street station untuk naik kereta menuju bournville. Aku ingin menyenang nyenangkan diriku melihat beberapa performing arts,museum dan melihat-lihat ke dalam Cadburry world. Setelah berjalan-jalan cukup lama, aku tak sadar waktu sudah menunjukkan jam 5  sore. Perutku keroncongan, dan butuh beristirahat sejenak.
Tibalah aku pada sebuah penginapan klasik di Watling Street Witherley. Banyak turis yang merekomendasikan tempat ini di situs-situs wisata, tempat ini bernama The old house.
Kebetulan aku tiba disini waktu sedang diadakannya acara launching sebuah band di bar and lounge room. Pengunjung the old house pun boleh ikut menikmati performance mereka di lounge.
Aku penasaran dan ingin melihat band tersebut. Dengan keragaman musik-musik British yang kata orang penuh dengan originalitas dan kualitas tak heran banyak band-band besar juga lahir di Brimingham. Sebut saja black sabbath yang di gawangi oleh Ozzy ousbroune, orang-orang banyak menyebut merekalah pioner musik heavy metal.
             Kali ini band yang sedang aku nikmati ini bernama A While. Musik yang mereka bawakan ber-genre blues. Semua balance tapi satu hal yang aku tangkap ialah, ada sosok yang bersinar pada band itu. Mata ku pun tak mau lalai dari sang basisst yang bermata coklat bening, tinggi kira-kira 175 cm, berambut coklat keriting, berkulit putih pucat, bibirnya merah pekat dan berjari lincah yang dapat mendentumkan nada nada indah dari bass yang dimainkannya. Aku dapat melihat nada-nada tersebut jelas tersaji hangat didepanku dan berkejaran layaknya sekumpulan ikan koi yang berebut makan pelet. Seperti tersihir, tak bosan mataku menatap pemain bass itu. Otak ku seperti disiram coklat manis nan lembut, dibanjiri bertubi-tubi oleh pemandangan indah itu. sesekali si coklat itu pun sadar sedang diamati dan melirik sekilas lalu kepadaku.
Seperti jatuh pada lubang palung yang tak berdasar, aku pun seperti luluh lantah dibuatnya. Bahkan tak sampai hati aku mau pergi mengangkat kaki ku dari kursi bar ini.
Satu kebenaran yang tak bisa aku sangkal sekarang.
Aku suka dia.

Aku menunggu band tersebut hingga acara selesai, dengan agak ragu aku mendatanginya. Dengan cepat akupun memulai pembicaraan dengan si coklat.
“wait wait, sorry if you don’t mind can I take some photos of you? Emm….i’m a photograper”
Si coklat itu menoleh kepadaku dan menjawab singkat “sure..photograper for what?magazine?”
Aku pun asal sebut dan berdalih “oh yeah yeah, one of…music magazine. Oh! actually….emm I want to interviewing you, ask some question about your profile too. But if this is not distrubing you of course”
Dengan raut muka yang tidak berubah si coklat itu pun menjawab “oh sure sure, no problem besides i’m free right now”
Aku pun langsung sumringah mendengarnya. Kapan lagi aku dapat mengetahui tentangnya jika tidak dengan berbohong seperti ini, setelah mendapat beberapa foto dan mengadakan interview ‘pura-pura’ aku dapat banyak informasi tentang si coklat yang telah merengkuh hatiku itu.

           Nama lengkapnya Reza miller. Dia berumur 22 tahun, 2 tahun lebih tua dariku. Dia tinggal berpindah-pindah tetapi sudah lama menetap di Birmingham. Band nya memang baru launching album kecil-kecilan, tapi rencana nya dia dan band nya akan pergi ke wilayah dan negara lain untuk memperkenalkan musiknya. Untuk band yang belum terkenal, mungkin sulit untung menopang biaya tour tersebut, tetapi ia bilang dia disokong oleh vokalis band nya yang berasal dari salah satu keluarga terkaya di Birmingham. Oh iya, yang sangat mengejutkan ialah dia bilang ibunya berasal dari Indonesia, dan ayahnya asli orang inggris. Dia pernah tinggal di Jakarta waktu kecil, kemudian kembali ke inggris dan sering berpindah pindah kota. Dan yang lebih mengejutkan ialah dia fasih berbahasa Indonesia, tetapi dari wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ada darah Indonesia mengalir disitu. Wajahnya pure seperti bule.
Dia sangat menyenangkan. Aku minta contact person, link di myspace, dan minta diberi tahu bila ada jadwal manggung lagi. Dalihku ialah untuk dapat mempromosikan band mereka kepada para pembaca majalah. Padahal aku tidak peduli pada bandnya, aku lebih peduli pada si coklat yang pada pertemuan pertama sanggup menjungkirbalikan gravitasiku. Dan menggantikannya dengan gravitasi cinta. Malam itu aku tidur lebih nyenyak dari biasanya.
          Pagi-pagi ketika aku baru bangun dan menyalakan handphone ku, belasan pesan masuk dari Mama dan Nathan yang semua isinya menyuruhku untuk pulang ke flat nya nathan di London. Tak mau membuat mereka khawatir aku pun langsung check out dari penginapan, dan kembali ke stasiun birmingham moor street untuk segera naik kereta pulang ke London.
Ah…….sehari berkunjung ke birmingham, telah mempertemukanku dengan si coklat. Aku sangat berharap akan ada pertemuan pertemuan selanjutnya, dari interview pura-pura ku yang kemarin, aku juga sempat bertukar alamat email dengannya. Berhubung karena di train yang aku naiki punya wi-fi yang cukup kencang, aku pun dengan cepat langsung mengakses email dan menuliskan pesan kepadanya.

“ hey, this is me vhibie from the magz. Are you guys will be perfome again? When and where? I'd like to come again to enjoy your band.  Can I get the schedule? Pls reply my mssg. Aku tunggu. Terimakasih :) “

Setelah sampai di London, tebakan ku pun benar. Aku disambut nat yang terus saja marah-marah kepadaku sepanjang hari. Rasanya aku ingin menggembok mulutnya jika bisa.
         Selang tiga hari, si coklat baru membalas emailku. Pesannya berisi:
“hey sorry late reply. Its been a busy week for me. Jadwal manggung kita sangat padat, semingggu lagi pun kita akan meninggalkan inggris untuk tour keliling eropa. Kamu bisa liat fanpage kita untuk tau pastinya. By the way it’s a pleasure to speak ‘bahasa’ again with you. Chiao”

Aku langsung melonjak senang dia mau membalas emailku apalagi ia mau memakai bahasa indonesia denganku. Tak banyak pikir pun aku langsung membuka fan page band mereka untuk tahu kapan saja jadwal manggungnya.
Ternyata memang benar, band itu benar-benar punya jadwal manggung di pub-pub inggris yang padat. Dengan berlabel indie, sepertinya band tersebut sedang naik daun, ditambah lagi mereka akan tour kecil kecilan keliling eropa. Begitu aku lihat tujuan pertama mereka adalah Paris-Perancis aku langsung terdiam menatap jauh kedepan.
Paris…………….kota dengan penuh atmosfer romantisme.
Aku belum pernah kesana.
Cepat-cepat aku ambil ponselku dan menekan nomer ibuku.

“haloo bi kenapa?” saut suara dari ujung telfon
“ma, aku punya satu permintaan” ujarku cepat
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, mama sudah menyela “no no no! I know it must be you want to go to another place again alone. It’s a big no!”
“ma… please… aku ingin ingin sekali pergi ke paris ma... Aku mau menetap untuk beberapa waktu disana ma, dan janji bakal nurut terus sama mama setelah itu”
Mama pun sepertinya semakin gusar mendengar rengekanku “APA?PARIS?sendirian lagi?! Don’t you dare bi! Mama akan bawa kamu balik ke jakarta kalo kamu berani nekat”
Tetap pada tujuanku, aku masih berusaha meyakinkan ibuku “ma… sepanjang hidupku aku gapernah punya temen deket ataupun pacar…sama sekali gapunya ma. Kenapa aku ingin sekali pergi ke paris, karna aku pengen merasakan hidup normal ma…. aku ingin merasakan cinta. Orang yang aku sukai akan keparis seminggu lagi….”
Kemudian aku bercerita banyak tentang pertemuanku dengan si coklat, tentang hatiku yang tanpa alasan jelas telah kecantol dan terpatri padanya. Ya, memang sepertinya konyol. Secepat itu aku bisa menyukai seseorang hanya dengan melihatnya pada pandangan pertama. Tapi entah kenapa, hatiku berkata aku harus ikut ke paris untuk dapat bertemu lagi dengannya. Dengan penjelasan panjang lebar dan banyak rengekkan, akhirnya mama pun luluh
“yaudah bi kamu hati-hati ya…nat bilang dia sedang susun tugas akhir makanya kalau kamu mau kemana mana gabisa ditemenin sama nat. pokoknya mama mohon kamu harus jaga diri. Kalau kamu sewa penginapan, berikan nomernya kepada mama biar mama bisa cek kamu terus. Good luck buat pencarian kamu, you know I will always be with you”
Aku pun melonjak senang “iya mamaku sayang terimakasih!!!!!”
Setelah dapat izin dari ibuku, aku langsung mencari tiket paling murah ke paris untuk seminggu ke depan, cari tempat penginapan yang murah dan bagus, lalu langsung mempersiapkan semua hal yang diperlukan.
I’m going to Paris!!! Je vais aller à Paris!

    ………..xxxxxxxxxxx………..

Selasa, 04 September 2012

jatuh cinta diam-diam (chapter 2)


      Setelah beberapa tahun berlalu, dayu dan piko menjalani kehidupan mereka masing-masing di tempat dan dengan situasi yang berbeda.... 
      Hubungan pertemanan mereka juga masih berjalan baik,masih sering berkomunikasi beberapa kali. Setidaknya masih saling ingat untuk memberi ucapan ulang tahun dan lebaran. Namun setiap diadakan reuni kecil, ada saja yang berhalangan datang. Entah itu dayu atau piko, intinya selama beberapa tahun belakangan mereka tak lagi sedekat dulu, mereka belum pernah sempat bertemu lagi sampai pada suatu hari……

      “kamu ikut doong yang please, ini tuh ulang tahun aldy kan gaenak banget kalo gak dateng…kamu tau kan aku satu bidang organisasi sama dia” 
Terdengar suara dayu yang merengek dari ujung telfon, keningnya masih saja berkerut ketika pacarnya, anta berusaha menjelaskan.
     “duh maaf banget deh yang, ini aku juga usaha kejar deadline banget hari ini tapi kayaknya emang musti lembur deh….kamu tau kan posisi aku baru disini, aku juga usaha bangun image lah”
     “tapi kan kamu udah janji mau temenin aku”
     “duh..tapi kerjaan aku…kan udah mau dead-..”
Belum sempat anta menyelesaikan kata-katanya, dayu sudah memotong dengan nada kesal dalam bicaranya.
      “yaudah aku pergi sendiri”
      “sorry, tapi kamu harus ngerti day”
      “iya ngerti. Banget!. Susah emang bikin janji sama orang sibuk!”
      “ya tapi ga sekarang day!” anta pun tak kuasa, hingga harus memberi penekanan pada nada suaranya.
Sejenak dayu pun terdiam karna kesal.
      “yaudah aku minta maaf banget day sebelumnya. Kamu kalo masih kekeuh mau kesana, naik taksi aja dari rumah nanti pulangnya aku jemput. Pasti aku jemput. Jam berapapun. Oh iya, taksinya harus bluebird atau silverbird ya pokoknya yang merknya jelas, jangan lupa izin dulu sama mama papa kamu”  lanjut anta dengan nada suara yang kali ini terdengar sangat protecting.
Dayu pun masih terdiam, enggan bersuara hingga beberapa detik.
      “sayang?” sapa anta pelan.
      “iya iyaaaa ngerti pak bosssshh. Udah aku mau siap-siap dulu nanti aku kabarin lagi deh yaa daaa!” buru-buru dayu pun menyudahi telfon tersebut.
******
       Suasana bar&club yang telah disewa aldy khusus untuk acara ulang tahunnya malam itu cukup crowded.
Dalam puluhan kepala yang ada di ruangan itu, dayu berusaha mencari keberadaan si-yang-berulang-tahun untuk langsung mengucapkan selamat.
Balutan mini dress coklat ditambah manik manik simpel di bagian pinggang yang terkesan elegan dan klasik, berpadupadan dengan wavy hair yang dibiarkan terurai membuat dayu terlihat sangat anggun dan feminin di acara itu.
     “cari siapa mba?celingak celinguk aja daritadi”  sapa seorang cowok putih, berkacamata dan berpakaian rapih menggunakan dasi kupu-kupu yang mencolek dayu dari belakang punggungnya.
     “eh! Aldyyyy!!!yaampuun gue cariin juga haha….congratulations for your twenty-two birthday! acaranya crowded banget” ucap dayu setengah berteriak karna suasana yang ramai ditambah dentuman irama musik yang saut menyaut.
     “ thank you sweetheart….eh kok anta?kemana?ga diajak?”
     “ya…..biasalah.mr busy.udah gausah dibahas”
     “hahaha jangan bete gitu dong. yaudah turun gih atau lo mau minum apa?minta aja ya disebelah situ” lalu aldy menunjuk meja bar yang ada di sudut sebelah kiri ruangan.
      “waduh gasuka joget joget gitu gue.. haha apalagi minum. Gampanglah,dy…aqua ada hahaha”
      “yah terus lo ngapain dong? Emm gini aja deh, daripada lo bete mending gue kenalin sama sodara gue yuk. Dia juga sama gitu tuh ngendep aja kayak lo. Ganteng cuyy, baru putus pula haha mayan kan sambilan buat lo haha pokoknya gue gamau ah ada yang gak have fun di acara gue” bujuk aldy.
Tak lama, lalu dayu mengiyakan tawaran aldy. 
Mereka kemudian menghampiri orang yang ingin dikenalkan kepada dayu tersebut.

     “day kenalin ini sodara gue namanya Harpik….”
Belum sempat aldy menyudahi kata-katanya, tiba-tiba dayu pun berteriak heboh
     “pikoooo????”
     “lah?dayu???” balas piko yang juga kaget karna tak menyangka akan bertemu dengan dayu di tempat itu.
     “ah gila gila dunia sempit!” ujar dayu yang dengan reflek langsung memeluk piko.
     “loh kalian udah kenal?” tanya aldy yang kemudian nampak sedikit bingung
Dayu pun kemudian menjelaskan “iyaaaa,dy. jadi tuh piko itu sahabat gue dari SMA. Udah lama juga kita ga ketemu, eh malah ketemu disini. gak nyangka deh gue haha” 
      “waaaah bagus-bagus haha kalo gitu santai aja lo berdua disini, enjoy the show ya gue tinggal dulu.jagain sodara gue day, lagi galau baru diputusin tuh dia hahaha” ejek aldy sambil berlalu pergi
“eh……bangke lo!” balas piko yang terlihat tidak terima.

Seperti merasa kaku, sejenak dayu dan piko terdiam. Ada yang harus mulai duluan nih, pikir dayu. Ia pun berusaha memecah suasana..
       “emang beneran putus? Sama ocha kah?kok bisa?”
       “ih parah!!udah berapa taun masih aja cerewet lu!”
       “yakan mau tau. biarin kek sewot amat!”
       “hm…gaenak cerita disini. Asli sumpek ga demen gue. Keluar yuk, taman kek mana kek”
      Mereka pun kemudian mengobrol sambil bercerita di taman yang ada sekitar hotel. Walaupun agak gelap, tapi semilir angin dan langit yang sedang bercuaca terang membuat para bintang sedikit terlihat…menciptakan suasana nyaman yang jauh dari keramaian tadi.
      “ya gitu day selama ini tuh gue bener-bener ga kenal sama ocha ternyata…seenaknya aja gitu tiba-tiba dia mutusin gue dengan alesan gue nya terlalu sibuk kuliah dan nyanyi sana-sini. Padahal tuh ya sesibuk sibuknya gue,paling dikit ketemu seenggaknya 2 atau 3 kali seminggu. Komunikasi juga lancar banget. Dan yang bikin gue kecewa tuh, belom ada 2 minggu kita putus, eh dia udah jadian lagi sama temen kampusnya….tai ga tuh?”  cerita piko dengan emosi yang sedikit meluap.
Dayu kemudian menanggapi “yaaampun….gue kira selama ini kalian itu perfect couple gitu. Duh gue ikut sedih deh…sayang banget ya padahal”
         “ha ha…sudahlah…berlalu aja semua..eh bytheway, cowo lo kok gadiajak kesini?apa jangan-jangan udah putus juga?hahaha kidding day”
         “haha gatau nih gue…maybe. Hem akan. mungkin”
         “lah serius?kenapa?”
         “intinya sih ya dia sibuk gitu. Tapi kali ini beneran loh dia yg sibuk, bukannya gue cari-cari alesan kayak ocha ke elo haha. Sibuk bgt kerja tapi jadi gaada waktu buat gue, suka batalin janji seenak jidat, kalo janjian pun molornya setengah mampus, ngabarin juga jarang. Gue dongkol”
         “terus langkah selanjutnya mau lo putusin gitu?”
         “gatau” jawab dayu jutek
        “caelah ambeghh ama a’a na niyyhhh celitanaa” ledek piko sambil menyubit pipi dayu.
Dayu pun membalas dengan mendorong piko “iiiiiiiii apaaansiiiii monyeeet!”
         “hahaha gila udah lama banget ya day kita ga ketemu, ngobrol langsung kayak gini…..dan ga nyangka gue, lo bisa berubah jadi…….cewek juga sekarang hahahaha” kembali piko meledek dayu yang setelah itu pipinya menjadi memerah karena menahan malu.
         “emang selama ini gueh? gue itu cewe tulen tauk dari dulu!” timpal dayu yang tak mau kalah
         “Hahaha serius daaay tapi kali ini……..kayaknya…..kayaknya udah 6 tahun lebih gue kenal lo, gatau gue yang bego apa gimana, tapi gue ngerasa lo beda banget” mendadak nada suara piko berubah menjadi lebih serius.
Dayu tak kuasa menahan malu yang kini tersirat di wajahnya. Rona pipi dayu berubah merah padam, semakin jelas karna disiram lampu taman dan cahaya bulan. Kemudian ada hening yang panjang diantara mereka berdua selama beberapa menit.
Seakan yang terdengar hanya detak jantung mereka yang berhentakan bergantian.
Dayu memberanikan diri untuk mengangkat wajah, ingin melihat balik wajah piko. Ia kaget ketika ternyata pada detik yang sama tanpa adanya aba-aba, bola mata mereka berdua baru saja bertemu. Keduanya saling tatap seolah ada kerinduan lama yang dalam.
       “kok diem?....kamu….”  ucap piko dengan pelan
       “aku kangen”  tiba-tiba kata-kata itu keluar sendiri dari mulut dayu tanpa terencana sama sekali.
      Dayu pun menyesalinya dalam hati ‘duh bego banget sih gue!kenapa gue bisa bilang gitu coba!ini tuh gak mungkin!bangun day bangun!’
      Belum selesai ia menyesali kata-kata nya yang bodoh itu, tiba-tiba ia merasakan ada yang mendarat lembut di bibirnya. Rasanya segar seperti orange juice, tetapi manis seperti coklat belgian, juga lembut selembut kapas gulali. Matanya pun terpejam pelan, tidak terburu-buru dan ia tau ia amat menikmatinya… ..pelan.....sampai bibir itu telah terlepas… kemudian ia baru sadar bahwa itu adalah.... piko.
Piko yang baru saja  mencium bibirnya!
      Reflek, dayu pun berkata oh my god!!!”
      “eh!yaampun sory day…tiba tiba aja...kayak…yaampun sory banget aku..eh gue hem ga maksud”  ujar piko yang merasa amat tidak enak karna apa yang baru saja terjadi.
      “ngga ngga gue juga salah…maksud gue…eh aku eh… arrrgh ” elak dayu yang salah tingkah dan sedari tadi sedang berusaha mengoreksi kata.tetapi sulit.
      “udah udah…plis gausah dibahas ya, maafin ya day gue lancang”
 Tiba-tiba handphone dayu berbunyi.
Ternyata ada bbm dari anta :
‘kamu dimana? Udah selesai belum? Mau aku jemput ga? tell me the address ya’

"siapa?” Tanya piko
“oh engga ini hem anta. Nanyain udah selesai apa belum” jawab dayu
“emaang mau dijemput?”
“gatau juga deh, agak males sih tapi nanti ujung ujungnya berantem paling”
“mau aku…eh hem gue anterin pulang ga?”
“ha?serius” Tanya dayu memastikan
“haha iya..please..udah lama banget day ga main kerumah lo”
“woo apaasihh!hem yaudah…tapi ga ngerepotin kan?”
“alaah sok gaenak deh wuu” ujar piko sambil mengelus dan mengacak rambut dayu.
Kemudian mereka berdua beranjak pergi dari bangku taman tersebut, bersiap untuk pulang.
      Piko pun mengantarkan dayu pulang hingga ke depan pintu pagar rumah. Sebelum turun dari mobil, dayu pun sempat mengucapkan terima kasih
      “udah ya thank you ya pik dadah ati-ati lo”
      “bye…thank you for tonight,dayu…more than fun I think”
Dayu pun langsung tertunduk malu. Ia cepat cepat turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Dada dayu dibuat deg-degan hari ini. 
       Tak lupa, sebelum tidur dayu segera mengabari anta dengan mengirim pesan singkat agar semuanya berjalan dan terlihat baik-baik saja .
       “maaf aku baru kasih kabar. Tadi handphone aku lowbat terus aku silent dan taro tas aja. Aku udah sampe rumah koo tadi aku bareng anak-anak kampus dianter balik. Sekarang ngantuk banget, aku tidur yaa dadah”
*******
 Keesokan   harinya….
      Dayu tidur agak lama hari itu, kebetulan karena weekend jadi dia tidak harus bangun pagi-pagi. Mata dayu baru benar-benar terbuka ketika matahari telah naik, bertengger menebar panas dari atas sana. 
Dia masih duduk terdiam diatas kasurnya, teringat akan beberapa hal. Namun, ia sedang mengabaikan anta dan segala chatnya yang membuat handphone dayu sejak tadi berdering terus menerus. Ia masih terus terpaku pada satu orang...otaknya terus mengulang kejadian semalam... juga membuka memory tentang.... piko...
Handphone dayu berdering lagi. Lewat layar handphone-nya yang tidak memakai anti-spy, ia hanya sedikit melongok tak semangat.Tapi kemudian badannya langsung bangkit dari kasur.
Ketika nama ‘harpiko handoyo’ muncul di conversation chatnya.
       “halo” begitulah sapa piko ketika dayu membuka chat itu.
Dayu pun membalas “hei, kenapa?”
      “ gapapa. Udah bangun?”
       “udahlah. Kalo belom gimana bisa bales bbm coba”
       “kali aja. Kan lo aneh, siapa tau lo punya kemampuan ngebales chat sambil tidur”
       “ha ha lucu banget”
      Kemudian tanda D di layar hp dayu  tidak kunjung berubah menjadi R. Dayu rasa, piko sedang bingung ingin membalas dan menuliskan apa. Rasa-rasanya keadaan yang awkward seperti ini adalah imbas dari kejadian semalam.
Dayu pun memulai untuk typing message.
      “pik….i think we should meet. Right now. I have to talk to you. About something. I mean seriously”
Jeda beberapa menit, kemudian piko membalas.
      “yea, we should. Dimana? Ohlala lagi?”
      “Boleh. Jam 4 sore gue tunggu”
******
       Jam telah menunjukan pukul 1 siang, dayu pun segera bersiap-siap untuk pergi menemui piko. Sebelumnya, dia kembali membuka salah satu laci kecil dikamarnya yang berisi foto,album,file dan segala kenangan sewaktu SMA.
Dalam laci itu masih tersimpan kotak kado yang ingin dayu berikan kepada piko sebelum piko berangkat ke bandung 3 tahun yang lalu. Hingga saat ini benda itu urung juga ia berikan. Entah kenapa, kali ini dayu ingin mencoba memberikan kado itu lagi kepada piko.
       Kali ini pula, hati dayu seperti siap untuk mengutarakan semuanya. Ya, tekad dayu sudah bulat.
 Dia tidak ingin lagi bersembunyi…….dalam diam……

       Dayu sedikit terlambat kali itu, dari kejauhan dia telah melihat piko yang memakai polo shirt biru laut, sepatu kets putih berlabel next, juga jam tangan hitam levi’s yang selalu dipakainya hampir setiap hari. Dayu pun kemudian menghampiri.
      “sorry sorry kali ini gue yang telat haha”
      “haha gausah sibuk dandan dulu gitu kali kalo mau ketemu gue, sampe telat gitu lo hahaha” ledek piko
       “gausah dandan gue udah kece kali” bantah dayu yang kemudian langsung duduk
       “terus terus lo kenapa mau cepet-cepet gitu ketemu gue? Kangen banget ya?haha”
       “pik….please deh…” jawab dayu dengan nada suara tidak tertarik.
Setelah beberapa waktu mereka mengobrol sambil menyantap makanan dan minuman masing-masing, dayu pun kembali mengajak piko untuk berbicara serius.
        “ jadi lo mau ngomong apa?apa yang penting? I’m here! i’m listening to you, mam”  ujar piko yang kemudian meluruskan posisi duduknya.
Dayu pun memulai dengan nafas panjang “huff gue ngerasa kepikiran aja soal yang kemaren. …hem kebawa suasana aja kali ya…so, just forget it….we should be friend right?..or…”
          “or?” Tanya piko ketika kata-kata dayu mulai terhenti dengan janggal
Selanjutnya mereka pun kembali terlibat dalam diam…keduanya bingung harus siapa yang memulai pembicaraan ini lagi….atau haruskah di hentikan begitu saja.Sejurus kemudian suara piko pun mulai terdengar kembali.
           “I think more than that, day”
            “maksudnya?” Tanya dayu bingung.
Piko pun kembali angkat bicara “gatau ya, ini kebetulan yang indah atau gimana…tapi gue rasa… tuhan tuh pasti punya alesan kenapa kita dipertemukan lagi di suasana yang tepat dan waktu yang tepat”
            “waktu yang tepat?” Tanya dayu yang makin lama makin dibuat bingung oleh kata-kata piko.
            “gini deh.. gue pas banget baru aja putus dari ocha yang ternyata sangat mengecewakan gue…dan lo...lo bilang, lo udah ga nyaman sama cowok lo yang sekarang…so maybe this is like…our fate?”
       Penjelasan dari piko tersebut langsung menohok perasaan dayu. Ini seperti mimpi, orang yang dulu sangat ia idam idamkan sekarang duduk dihadapannya mencoba mengatakan bahwa ‘ini takdir kita day’. Pelan pelan dayu pun kembali bersuara, mengucap beberapa kata..
“tapi...selama ini lo ga pernah sadar pik?”
“tentang?”
“lo dan gue”
“maksudnya? Duh sekarang giliran gue nih yang gak ngerti”
              Kemudian dayu pun yang kali ini menjelaskan “jadi..dulu.. gue ngerasa nyaman banget kalo lo ada dideket gue.gue care sama lo, gue seneng kalo liat lo seneng, diem diem rasa sayang itu kayak muncul gitu aja. Tapi gue gapernah bisa bilang. Sampe lo jadian sama ocha, dan kita udah ga dikota yang sama, gue pikir perasaan gue ke elo harus gue kubur dalem-dalem. Tapi….sekarang….”
Seperti bergantian, sekarang giliran piko yang tiba-tiba terdiam. Ada raut syok dari wajahnya, sepertinya ia sangat kaget dengan pengakuan dayu itu.
kemudian piko kembali bersuara
            “sorry dayu gue gatau kalo selama ini lo punya rasa itu sama gue. Jujur kaget tapi ngerasa beruntung banget tau ternyata lo segitunya sama gue”
Belum selesai, piko pun kembali  melanjutkan “tapi sekarang gue ngerasain hal yg beda juga ke elo. lebih dari sekedar sahabat, setelah kita pisah dan baru ketemu lagi kemaren, rasanya semuanya berubah. lo sekarang jadi jauh lebih menarik di mata gue day”
Dayu pun merespon setngah kaget “hah beneran? “
             “iya... maunya gue sih, kamu bisa jadi perempuan aku day…” ucap piko yang tiba-tiba mengubah tutur katanya terhadap dayu, menjadi sedikit lebih manis dari biasanya.
 Sekitar beberapa waktu, dayu diam seperti sedang berpikir jauh. Mereka berdua saling menatap, dalam, berusaha mencari-cari kata di keruhnya hitam bola mata.
Ada pergulatan hati yang sangat sengit dayu rasakan saat itu. Kemudian ia berkata lirih…
              “tapi…tapi anta…”
Belum selesai dayu menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba saja handphone dayu yang diletakan diatas meja berdering saut menyaut bergantian.
Dari layarnya yang menyala, dia melihat ada pesan dari anta. Reflek dia pun langsung menekan tombol untuk men-read pesan tersebut.
‘Dayu kamu dimana?daritadi aku telfonin hp kamu ga diangkat. aku coba telfon kerumah, kata mama kamu, kamu lagi pergi. Sebenernya kamu kemana sih bbm aku pun daritadi gak kamu read’
‘PING!!’
‘jangan ngediemin aku kayak gini day...apa mungkin kamu masih marah sama aku? tapi satu hal yang kamu perlu tau, aku tuh sibuk kerja kayak gini, nantinya juga semua buat kamu day. Aku pernah bilang kan aku pengen serius sama kamu’
‘aku udah menetapkan hati aku sama kamu, dan nantinya aku pengen berlabuh disitu.aku harap kamu ngerti…kabarin aku.please.asap’
     Dada dayu kembali bergemuruh. Kali ini seperti ada petir kencang yang menyambar hatinya. Tanpa sadar, tetes demi tetes air jatuh dari pelupuk matanya.
          “loh day lo kenapa?” Tanya piko yang bingung ketika melihat dayu yang tiba-tiba saja menangis
          “gue…gue gabisa ninggalin anta…hu…”
     Sambil terisak dalam tangisnya, dayu pun melanjutkan... kata demi kata.
          “iya… gue ngerasa jadi orang paling jahat dan bodoh kalo gue harus ninggalin dia…anta itu emang terlalu sibuk, terkadang kita juga ga sepaham…tapih hiks…tapih gue gamungkin pik…gamungkin ninggalin orang yang udah sayang kayak gini sama gue”
Piko kemudian tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengambil sejumput tissue dan berusaha mengelap air mata yang kini telah membasahi wajah dayu.
            “sorry….piko… “ lanjut dayu lirih
Setelah membersihkan wajah dayu dari air mata yang jatuh berlinang, piko mendekatkan wajahnya ke wajah dayu, dengan kedua tangannya piko memegang kedua pipi dayu kemudian dengan pelan ia berkata
           “hey you know, maybe this is our fate. But its always been your choice dayu”
*******
      Setelah itu, dayu pun memberikan kado yang selama ini ia simpan untuk piko. Piko menerimanya dengan  tertawa senang, dan menanggapinya dengan meledek dayu “ternyata gue emang keren banget, dari dulu udah banyak yang ngefans!bahkan elo anak alien pun ngefans sama gue hahaha”
Dayu pun merasa lega karna tidak ada lagi yang harus ia sembunyikan.
       Tidak ada lagi perasaan yang harus dipendam dan tak tersampaikan. Kini dayu tau bahwa keputusannya untuk tidak meninggalkan anta adalah hal yang tepat. Karna mungkin saja piko adalah seseorang yang dikirim tuhan untuk dayu sebagai sahabat, pelindung, juga teman berbagi.
Bukan untuk seseorang yang dicintai dan bertukar janji untuk menjalani suatu hubungan. Tak ada yang merasa tersakiti, bahkan dayu dan piko merasa lebih dekat seperti sahabat lagi seperti dulu.
      Setelah pulang, dan sampai rumah dayu pun sesegera mungkin menelfon anta
“taaaa maaf maaf maaf banget!!!ketemu yuk aku kangen!”

        Kini lewat kejadian itu dayu telah belajar satu hal.
Bahwa cinta yang baik bukanlah cinta yang diam-diam. Bukan pula cinta yang harus menunggu. Melainkan, ialah cinta yang telah ada dan mencintainya sejak lama….