judulnya bie. dibaca yaaa mentemen kalo ada kurang atau salahnya boleh di kirimkan kritiknya ditunggu ya:)))
haha hope you will enjoy this :
.Bie.
☼
Chapter one
Silaunya siang hari kurasakan begitu
menggigit. Kelopak mataku langsung cepat-cepat menyipit kembali ketika kornea
ini telah menangkap kuning pekat sinarnya. Nyaris seperti king cobra yang baru
bangun dari tidurnya, aku mendesis pelan.
Aku tengok tangan kananku dan melihat jam telah menunjukkan pukul 10.30.
Pantas saja, ternyata selama 1 jam 30 menit perjalanan tadi aku tertidur
dan tak sadar ketika sang mentari telah menunjukkan eksistensinya kini.
Aku
naik kereta menuju Birmingham dari kota London. Kota kelahiran William Shakespeare ini telah membuatku
penasaran dengan kanal cantik dan pub Inggris klasiknya. Lagipula, ketimbang
London, harga penginapan disini lebih terjangkau. Lebih murah daripada
Liverpool, Oxford, dan Manchester. Berhubung ibuku belum mentransfer uang ke
rekening ku dan akhir-akhir ini aku jarang ambil job foto yang ditawarkan
berbagai majalah gheographic kepadaku, jadi aku kurang pasokan dana dan harus
mengirit untuk hobiku yang satu ini. Travelling ke seluruh dunia.
Ya, hobi yang mahal.
“ya,
ma?” Respon pertama waktu suara ponsel ku berdering dan menunjukkan nama mama
di panggilan masuk.
“Bi, mama sudah transfer uang ya barusan” suara
lembut itu langsung membawa kabar baik untukku.
“hehe makasih loh ma” dalam hati aku mengucap syukur.
“jangan boros-boros ya! kamu gimana bi
kabarnya? Nat cerita katanya kamu itu kemaren nekat ke Norwey sendirian ya?
Gimana sih bi ga bilang-bilang mama, paling ngga ajak nat lah jangan sendirian
ntar kalo kenapa-napa lagi gimana? ” oceh mama dari ujung telfon.
Aku pun menjawab santai “ma…..it was a week
ago. Looks, now i’m talking to you on the phone right? It means I’m okey
ma..never better malah”
Mama pun tak tinggal diam dan terus mengoceh “
Ngapain emang di Norwey? Seenggaknya ajak nathan dong sayang…norwey itu jauh
sekali…mama khawatir semenjak kejadian kamu jatuh di jenewa”
Akhirnya terpaksa aku pun harus menjelaskan
dengan panjang lebar
“Aku-ga
kenapa napa mama. Aku ke norwey juga karena dapet hadiah liburan dari salah
satu milis fotografi yang sering aku kirimi foto hasil jepretan-jepretanku.
Katanya aku dan 4 member lainnya layak dapat penghargaan liburan atas keaktifan
ku di milis. Lagian it just 3 days ma…norwey itu bagus banget loh. Sayang
banget gabisa liat aurora yg menggeliat di langit norwey, karena ini bulan november…oh
iya!dan aku gapunya budget buat ajak nathan karena aku aja juga dapet gratisan”
Ada helaan nafas panjang mama yang terdengar di
telfon “okey okey…tapi tetep aja bi mama khawathir….”
Sebelum mama menyelesaikan kalimatnya, aku pun buru-buru menyudahi
begitu dari sudut jendela samar-samar aku melihat palang BIRMINGHAM Moor Street yang menunjukkan bahwa aku telah sampai di stasiun
birmingham.
“ma nanti lagi ya telfonnya, aku baru sampe di
birmingham nih daaaaaaaaaaaa”
“APA?BIRMINGHAM? VHIBIE JOVANKA TANTYA!!! BARU
AJA MAMA COMPLAIN KAMU UDAH PERGI-PERGI SENDIRI LAGI!” Terdengar teriakan mama
dari ujung telfon yang memekakkan telinga ku, untung saja cepat-cepat aku
matikan telfonnya sebelum aku tuli mendadak.
Satu satunya alasan kenapa wanita itu begitu khawatir terhadap ku adalah
karena kejadian 3 bulan lalu waktu aku tiba-tiba saja dengan tanpa alasan jatuh
pingsan di tepi danau Jenewa- Swiss yang memiliki air yang sangat bersih dan
dingin karena sumber air es di pegunungan Alpen. Waktu aku sedang ada job dari majalah Audubon untuk ambil panorama ke daerah dekat pegunungan Alpen.
Pasti semua orang begitu bingung melihat aku yang
seperti kutu loncat dapat berpindah-pindah wilayah, pulau, bahkan negara dengan
cepatnya. Panjang ceritanya, tapi alasan sekunderku adalah karena aku jatuh
cinta pada foto. Dan untungnya, bakat memotret itu pun datang begitu saja
mengetuk diriku .
Entah bagaimana datangnya bakat itu, tetapi dari
kecil aku memang suka berpergian dengan keluargaku. Kamera yang dibawa untuk
sekedar mengabadikan momen oleh keluargaku, sering aku pakai berkeliling untuk
memotret sana-sini. Jadilah sewaktu aku baru lulus SMA, tiba-tiba saja ibuku dengan sumringah
membawa-bawa majalah national geographic
indonesia dan memperlihatkan sesuatu padaku.
Ternyata tak disangka-sangka, beberapa foto hasil jepretanku berhasil
masuk rubrik foto lepas. Foto jernihnya laut kepulauan derawan di Kalimantan,
foto jajaran tembakau di temanggung Jawa tengah, hingga foto-foto capung yang
asik terbang diatas tumpukan terasering yang membentang hijau di ubud Bali.
Semua berkat keisengan ibuku yang rajin
mengirimkan foto-fotoku ke beberapa majalah, koran, kontes foto, bahkan
situs-situs di internet. Semenjak itulah aku kecemplung dengan ‘fotografi’. Aku mulai dapat banyak
tawaran job foto setelah foto-fotoku ditampilkan di beberapa majalah dan
website-website fotografi. Kebanyakan para redaksi kaget melihat aku yang
perempuan dan baru 18 tahun sudah mau mengambil job-job ke berbagai daerah yang
jauh dari Indonesia.
Itu semua tidak lain tidak bukan dikarenakan
alasan Primerku.
Aku punya kelainan yang disebut Synesthesia.
Pernahkah terbayangkan olehmu, kira-kira bagaimana warna dari nada
A atau C atau Cminor. Atau mungkin warna dari bunyi klakson mobil, warna dari bunyi
tuts piano yang di tekan? Atau yang lebih aneh lagi adalah merasa bisa
mendengarkan suara dari buah buahan?
Ya, aku merasakan semuanya. Aku merasa minuman anggur rasanya
persegi, angka lima kenyal seperti permen karet, hari Senin warnanya biru, atau
nada-nada musik terlihat terbang di dalam ruangan. Jika aku makan sup dan
rasanya kurang garam, aku akan bilang: “sup ini kurang bulat” atau “sup ini
kurang titik titiknya”.
Aku bahkan tidak mau memegang penghapus yang telah kotor. Karna
aku selalu bilang bahwa penghapus itu berkeringat dan bau.
Awalnya orang-orang menganggap aku sedang menghayal, atau
menganggap aku sedang mengkonsumsi obat tertentu. Tetapi aku tidak dalam
keadaan mabuk, aku benar-benar sadar. Tadinya mereka nyaman-nyaman saja berada
di dekatku, tapi lama kelamaan mereka risih, tak mau berbicara denganku karna
aku dianggap orang aneh, tidak waras karena selalu mengatakan hal-hal yang
berbeda dengan persepsi orang normal lainnya.
Tak heran, aku tidak punya teman disekolah. Tidak ada yang betah
lama-lama mengobrol denganku, dianggap aneh oleh guru, diacuhkan, tak dianggap
ada. Aku sangat introvert. Lebih baik sendirian mengutak-atik suatu hal.
Satu-satunya kenyamananku hanya acara jalan-jalan keluarga dan Ibuku. Cuma ibuku
yang mengerti, yang mau berfikiran luas dan tidak pernah menyalahkan perbedaan
persepsi. Walaupun ayah, dan kedua kakak ku; (nathan,dan stefanny) juga bersikap baik terhadapku, tapi aku tahu
sebenarnya mereka tidak benar-benar mengerti aku.
Keluarga ku memang sangat berkecukupan. Bisa dibilang kaya raya dan
melimpah. Ayahku adalah seorang Duta besar, dan Ibu ku juga berjual-beli mutiara
dan batu-batu safir yang pelanggannya biasanya kaum-kaum ekspatriat. Stefanny
kakak ku yang pertama, begitu pintar. Ia mendapat beasiswa dan kini telah lulus
dari Universitas
Murdoch, Perth Australia. Sedangkan Nathan dikirim ke UK untuk
dapat berkuliah di Universitas Queen mary di London. Mereka berdua hebat,
dianggap sebagai kaum-kaum intelek, bibit unggul. Tidak seperti aku. Aku
layaknya tambahan creamer untuk
segelas capuccino iced blended siap
saji. Jika dibutuhkan, dibubuhkan. Jika tidak dibutuhkan, hanya memajang raga
tanpa diaacuhkan orang. Aku selalu dianggap kasta bawah, dan merasa tidak
dimanusiakan sebagai manusia.
Karna synesthesia yang parah telah aku derita
sejak kecil ini, aku menjadi orang yang sangat tidak betah dengan lingkungan
bila berada lama disuatu tempat. Keluarga ku tau aku sudah sangat menderita
dengan lingkungan yang tidak menerimaku semenjak aku menjejaki sekolah dasar.
Maka beruntunglah aku waktu punya alasan untuk pergi dari rumah karna berlabel ‘fotografer.’ Dan tekadku sudah bulat,
ingin mengadakan travelling ke seluruh dunia untuk lebih mengenal hal-hal juga
lingkungan yang baru. Yang pastinya tidak harus berdiam diri lama disuatu
tempat dengan orang-orangnya yang berfikiran sempit.
Tentunya keputusanku untuk pergi sendirian ke
berbagai tempat di bumi ini, menimbulkan badai besar dalam keluargaku. Ayahku
marah-marah, kakak-kakak ku mengganggap aku hanya membuat sensasi,
tetapi…….lagi-lagi ibu ku lah yang membelaku dan meyakinkan semuanya.
“Udah jangan pikirin yang lain, yang penting jiwa
kamu bebas. Pikiran kamu lepas. Vhibie udah gede, jaga diri baik-baik ya
bi….mama akan selalu pantau kamu. Kamu tau kan, papa punya banyak mata
disana-sini jadi jangan macem-macem. Jitak pokoknya kalo aneh-aneh!”
Begitulah kata-kata terakhir ibu ku di bandara
2,5 tahun lalu waktu mengantarkan aku menjalankan trip pertama ku ke chocolate
hills, Philiphine. Ya 2,5 tahun lalu…..
Aku tadinya begitu bebas dan jarang dikhawatirkan oleh ibu dan
keluargaku. Namun semenjak kejadian di Jenewa, aku di boyong ke London di salah
satu flat tempat kakak ku tinggal untuk menyelesaikan studinya. Perjalanku
sedikit mengalami kendala. Aku tak boleh berpergian jauh-jauh, paling tidak
hanya boleh disekitaran wilayah Inggris. Itupun, Nathan sebisa mungkin harus
menemaniku. Jujur aku tidak nyaman, aku tau Nat juga tidak. Aku seperti
dibebankan kepadanya, jadi akhir-akhir ini aku sering berpergian sendiri
diam-diam dan tanpa restu darinya.
Kini aku telah berada di Birmingham. Berbekal
dengan gps, dan buku panduan wisata, kaki-kaki kecilku dengan sendirinya
mengajak tubuhku melangkah menyusuri kota ini. Satu hal yang kusenangi dari
kota ini adalah kanal-kanal nya yang cantik, mengingatkan ku pada romantisme
kota venice. Sayangnya aku belum pernah menjejaki Italia. Tapi aku tau, aku
pasti senang sekali bila dapat berlabuh disana.
Aku menghabiskan siangku dengan berjalan-jalan sekitaran Aston,
mengambil beberapa foto, lalu lanjut lagi ke Birmingham New Street station
untuk naik kereta menuju bournville. Aku ingin menyenang nyenangkan diriku
melihat beberapa performing arts,museum dan melihat-lihat ke dalam Cadburry
world. Setelah berjalan-jalan cukup lama, aku tak sadar waktu sudah menunjukkan
jam 5 sore. Perutku keroncongan, dan
butuh beristirahat sejenak.
Tibalah aku pada sebuah penginapan klasik di Watling
Street Witherley. Banyak
turis yang merekomendasikan tempat ini di situs-situs wisata, tempat ini
bernama The
old house.
Kebetulan aku tiba disini waktu sedang
diadakannya acara launching sebuah band di bar
and lounge room. Pengunjung the old house pun boleh ikut menikmati
performance mereka di lounge.
Aku penasaran dan ingin melihat band tersebut.
Dengan keragaman musik-musik British yang kata orang penuh dengan originalitas
dan kualitas tak heran banyak band-band besar juga lahir di Brimingham. Sebut
saja black
sabbath yang di gawangi oleh Ozzy ousbroune, orang-orang
banyak menyebut merekalah pioner musik heavy
metal.
Kali ini band yang sedang aku nikmati ini bernama A While. Musik yang mereka bawakan ber-genre blues. Semua balance
tapi satu hal yang aku tangkap ialah, ada sosok yang bersinar pada band itu.
Mata ku pun tak mau lalai dari sang basisst yang bermata coklat bening, tinggi
kira-kira 175 cm, berambut coklat keriting, berkulit putih pucat, bibirnya
merah pekat dan berjari lincah yang dapat mendentumkan nada nada indah dari
bass yang dimainkannya. Aku dapat melihat nada-nada tersebut jelas tersaji
hangat didepanku dan berkejaran layaknya sekumpulan ikan koi yang berebut makan
pelet. Seperti tersihir, tak bosan mataku menatap pemain bass itu. Otak ku
seperti disiram coklat manis nan lembut, dibanjiri bertubi-tubi oleh
pemandangan indah itu. sesekali si coklat itu pun sadar sedang diamati dan
melirik sekilas lalu kepadaku.
Seperti jatuh pada lubang palung yang tak
berdasar, aku pun seperti luluh lantah dibuatnya. Bahkan tak sampai hati aku
mau pergi mengangkat kaki ku dari kursi bar ini.
Satu kebenaran yang tak bisa aku sangkal sekarang.
Aku suka dia.
Aku menunggu band tersebut hingga acara selesai,
dengan agak ragu aku mendatanginya. Dengan cepat akupun memulai pembicaraan
dengan si coklat.
“wait wait, sorry if you don’t mind can I take
some photos of you? Emm….i’m a photograper”
Si coklat itu menoleh kepadaku dan menjawab singkat
“sure..photograper for what?magazine?”
Aku pun asal sebut dan berdalih “oh yeah yeah,
one of…music magazine. Oh! actually….emm I want to interviewing you, ask some
question about your profile too. But if this is not distrubing you of course”
Dengan raut muka yang tidak berubah si coklat itu
pun menjawab “oh sure sure, no problem besides i’m free right now”
Aku pun langsung sumringah mendengarnya. Kapan
lagi aku dapat mengetahui tentangnya jika tidak dengan berbohong seperti ini,
setelah mendapat beberapa foto dan mengadakan interview ‘pura-pura’ aku dapat banyak informasi tentang si coklat yang telah
merengkuh hatiku itu.
Nama
lengkapnya Reza miller. Dia berumur 22 tahun, 2 tahun lebih tua dariku. Dia
tinggal berpindah-pindah tetapi sudah lama menetap di Birmingham. Band nya
memang baru launching album kecil-kecilan, tapi rencana nya dia dan band nya
akan pergi ke wilayah dan negara lain untuk memperkenalkan musiknya. Untuk band
yang belum terkenal, mungkin sulit untung menopang biaya tour tersebut, tetapi
ia bilang dia disokong oleh vokalis band nya yang berasal dari salah satu
keluarga terkaya di Birmingham. Oh iya, yang sangat mengejutkan ialah dia
bilang ibunya berasal dari Indonesia, dan ayahnya asli orang inggris. Dia
pernah tinggal di Jakarta waktu kecil, kemudian kembali ke inggris dan sering
berpindah pindah kota. Dan yang lebih mengejutkan ialah dia fasih berbahasa
Indonesia, tetapi dari wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ada darah Indonesia
mengalir disitu. Wajahnya pure seperti bule.
Dia sangat menyenangkan. Aku minta contact person,
link di myspace, dan minta diberi tahu bila ada jadwal manggung lagi. Dalihku
ialah untuk dapat mempromosikan band mereka kepada para pembaca majalah.
Padahal aku tidak peduli pada bandnya, aku lebih peduli pada si coklat yang
pada pertemuan pertama sanggup menjungkirbalikan gravitasiku. Dan
menggantikannya dengan gravitasi cinta. Malam itu aku tidur lebih nyenyak dari
biasanya.
Pagi-pagi
ketika aku baru bangun dan menyalakan handphone ku, belasan pesan masuk dari
Mama dan Nathan yang semua isinya menyuruhku untuk pulang ke flat nya nathan di
London. Tak mau membuat mereka khawatir aku pun langsung check out dari
penginapan, dan kembali ke stasiun birmingham moor street untuk segera naik
kereta pulang ke London.
Ah…….sehari berkunjung ke birmingham, telah
mempertemukanku dengan si coklat. Aku sangat berharap akan ada pertemuan
pertemuan selanjutnya, dari interview pura-pura ku yang kemarin, aku juga
sempat bertukar alamat email dengannya. Berhubung karena di train yang aku naiki
punya wi-fi yang cukup kencang, aku pun dengan cepat langsung mengakses email
dan menuliskan pesan kepadanya.
“ hey, this is me vhibie from the magz. Are you
guys will be perfome again? When and where? I'd like to come again to enjoy your band. Can I get the schedule? Pls
reply my mssg. Aku tunggu. Terimakasih :) “
Setelah sampai di London, tebakan ku pun benar.
Aku disambut nat yang terus saja marah-marah kepadaku sepanjang hari. Rasanya
aku ingin menggembok mulutnya jika bisa.
Selang
tiga hari, si coklat baru membalas emailku. Pesannya berisi:
“hey sorry late reply. Its been a busy week for
me. Jadwal manggung kita sangat padat, semingggu lagi pun kita akan
meninggalkan inggris untuk tour keliling eropa. Kamu bisa liat fanpage kita
untuk tau pastinya. By the way it’s a pleasure to speak ‘bahasa’ again with
you. Chiao”
Aku langsung melonjak senang dia mau membalas
emailku apalagi ia mau memakai bahasa indonesia denganku. Tak banyak pikir pun
aku langsung membuka fan page band mereka untuk tahu kapan saja jadwal
manggungnya.
Ternyata memang benar, band itu benar-benar punya
jadwal manggung di pub-pub inggris yang padat. Dengan berlabel indie, sepertinya
band tersebut sedang naik daun, ditambah lagi mereka akan tour kecil kecilan
keliling eropa. Begitu aku lihat tujuan pertama mereka adalah Paris-Perancis
aku langsung terdiam menatap jauh kedepan.
Paris…………….kota dengan penuh atmosfer romantisme.
Aku belum pernah kesana.
Cepat-cepat aku ambil ponselku dan menekan nomer
ibuku.
“haloo bi
kenapa?” saut suara dari ujung telfon
“ma, aku
punya satu permintaan” ujarku cepat
Belum
sempat aku menyelesaikan kalimatku, mama sudah menyela “no no no! I know it
must be you want to go to another place again alone. It’s a big no!”
“ma… please…
aku ingin ingin sekali pergi ke paris ma... Aku mau menetap untuk beberapa
waktu disana ma, dan janji bakal nurut terus sama mama setelah itu”
Mama pun
sepertinya semakin gusar mendengar rengekanku “APA?PARIS?sendirian lagi?! Don’t
you dare bi! Mama akan bawa kamu balik ke jakarta kalo kamu berani nekat”
Tetap pada tujuanku, aku masih berusaha
meyakinkan ibuku “ma… sepanjang hidupku aku gapernah punya temen deket ataupun
pacar…sama sekali gapunya ma. Kenapa aku ingin sekali pergi ke paris, karna aku
pengen merasakan hidup normal ma…. aku ingin merasakan cinta. Orang yang aku
sukai akan keparis seminggu lagi….”
Kemudian aku bercerita banyak tentang pertemuanku
dengan si coklat, tentang hatiku yang tanpa alasan jelas telah kecantol dan
terpatri padanya. Ya, memang sepertinya konyol. Secepat itu aku bisa menyukai
seseorang hanya dengan melihatnya pada pandangan pertama. Tapi entah
kenapa, hatiku berkata aku harus ikut ke paris untuk dapat bertemu lagi
dengannya. Dengan penjelasan panjang lebar dan banyak rengekkan, akhirnya mama
pun luluh
“yaudah bi kamu hati-hati ya…nat bilang dia
sedang susun tugas akhir makanya kalau kamu mau kemana mana gabisa ditemenin
sama nat. pokoknya mama mohon kamu harus jaga diri. Kalau kamu sewa penginapan,
berikan nomernya kepada mama biar mama bisa cek kamu terus. Good luck buat
pencarian kamu, you know I will always be with you”
Aku pun melonjak senang “iya mamaku sayang
terimakasih!!!!!”
Setelah dapat izin dari ibuku, aku langsung
mencari tiket paling murah ke paris untuk seminggu ke depan, cari tempat
penginapan yang murah dan bagus, lalu langsung mempersiapkan semua hal yang
diperlukan.
I’m going to Paris!!! Je vais aller à Paris!
………..xxxxxxxxxxx………..