Jumat, 28 Desember 2012

Bie (chapter one)

Heyyy! udah lama ya ga nge post. Aku udah 19 tahon loh ngomong-ngomong (terus kenapa?) haha ga berasa udah mau semester 4 ajaaa hoaaam doain uas gue ya! oh iya by the way, karena mumpung libur gue jadi semangat mau nulis lagi. ini tulisan gue baru jadi setengah tapinya gapapa yaaa?
judulnya bie. dibaca yaaa mentemen kalo ada kurang atau salahnya boleh di kirimkan kritiknya ditunggu ya:))) 
haha hope you will enjoy this :


.Bie.

Chapter one

          Silaunya siang hari kurasakan begitu menggigit. Kelopak mataku langsung cepat-cepat menyipit kembali ketika kornea ini telah menangkap kuning pekat sinarnya. Nyaris seperti king cobra yang baru bangun dari tidurnya, aku mendesis pelan.  Aku tengok tangan kananku dan melihat jam telah menunjukkan pukul  10.30.  Pantas saja, ternyata selama 1 jam 30 menit perjalanan tadi aku tertidur dan tak sadar ketika sang mentari telah menunjukkan eksistensinya kini.
Aku naik kereta menuju Birmingham dari kota London. Kota kelahiran William Shakespeare ini telah membuatku penasaran dengan kanal cantik dan pub Inggris klasiknya. Lagipula, ketimbang London, harga penginapan disini lebih terjangkau. Lebih murah daripada Liverpool, Oxford, dan Manchester. Berhubung ibuku belum mentransfer uang ke rekening ku dan akhir-akhir ini aku jarang ambil job foto yang ditawarkan berbagai majalah gheographic kepadaku, jadi aku kurang pasokan dana dan harus mengirit untuk hobiku yang satu ini. Travelling ke seluruh dunia.
Ya, hobi yang mahal.

 “ya, ma?” Respon pertama waktu suara ponsel ku berdering dan menunjukkan nama mama di panggilan masuk.
“Bi, mama sudah transfer uang ya barusan” suara lembut itu langsung membawa kabar baik untukku.
“hehe makasih loh ma” dalam hati aku mengucap syukur.
“jangan boros-boros ya! kamu gimana bi kabarnya? Nat cerita katanya kamu itu kemaren nekat ke Norwey sendirian ya? Gimana sih bi ga bilang-bilang mama, paling ngga ajak nat lah jangan sendirian ntar kalo kenapa-napa lagi gimana? ” oceh mama dari ujung telfon.
Aku pun menjawab santai “ma…..it was a week ago. Looks, now i’m talking to you on the phone right? It means I’m okey ma..never better malah”
Mama pun tak tinggal diam dan terus mengoceh “ Ngapain emang di Norwey? Seenggaknya ajak nathan dong sayang…norwey itu jauh sekali…mama khawatir semenjak kejadian kamu jatuh di jenewa”
Akhirnya terpaksa aku pun harus menjelaskan dengan panjang lebar
 “Aku-ga kenapa napa mama. Aku ke norwey juga karena dapet hadiah liburan dari salah satu milis fotografi yang sering aku kirimi foto hasil jepretan-jepretanku. Katanya aku dan 4 member lainnya layak dapat penghargaan liburan atas keaktifan ku di milis. Lagian it just 3 days ma…norwey itu bagus banget loh. Sayang banget gabisa liat aurora yg menggeliat di langit norwey, karena ini bulan november…oh iya!dan aku gapunya budget buat ajak nathan karena aku aja juga dapet gratisan”
Ada helaan nafas panjang mama yang terdengar di telfon “okey okey…tapi tetep aja bi mama khawathir….”
          Sebelum mama menyelesaikan kalimatnya, aku pun buru-buru menyudahi begitu dari sudut jendela samar-samar aku melihat palang BIRMINGHAM Moor Street  yang menunjukkan bahwa aku telah sampai di stasiun birmingham. 
“ma nanti lagi ya telfonnya, aku baru sampe di birmingham nih daaaaaaaaaaaa”
“APA?BIRMINGHAM? VHIBIE JOVANKA TANTYA!!! BARU AJA MAMA COMPLAIN KAMU UDAH PERGI-PERGI SENDIRI LAGI!” Terdengar teriakan mama dari ujung telfon yang memekakkan telinga ku, untung saja cepat-cepat aku matikan telfonnya sebelum aku tuli mendadak.

           Satu satunya alasan kenapa wanita itu begitu khawatir terhadap ku adalah karena kejadian 3 bulan lalu waktu aku tiba-tiba saja dengan tanpa alasan jatuh pingsan di tepi danau Jenewa- Swiss yang memiliki air yang sangat bersih dan dingin karena sumber air es di pegunungan Alpen.  Waktu aku sedang ada job dari majalah Audubon untuk ambil panorama ke daerah dekat pegunungan Alpen.
Pasti semua orang begitu bingung melihat aku yang seperti kutu loncat dapat berpindah-pindah wilayah, pulau, bahkan negara dengan cepatnya. Panjang ceritanya, tapi alasan sekunderku adalah karena aku jatuh cinta pada foto. Dan untungnya, bakat memotret itu pun datang begitu saja mengetuk diriku .
Entah bagaimana datangnya bakat itu, tetapi dari kecil aku memang suka berpergian dengan keluargaku. Kamera yang dibawa untuk sekedar mengabadikan momen oleh keluargaku, sering aku pakai berkeliling untuk memotret sana-sini. Jadilah sewaktu aku baru lulus SMA,  tiba-tiba saja ibuku dengan sumringah membawa-bawa majalah national geographic indonesia dan memperlihatkan sesuatu padaku.
          Ternyata tak disangka-sangka, beberapa foto hasil jepretanku berhasil masuk rubrik foto lepas. Foto jernihnya laut kepulauan derawan di Kalimantan, foto jajaran tembakau di temanggung Jawa tengah, hingga foto-foto capung yang asik terbang diatas tumpukan terasering yang membentang hijau di ubud Bali.
Semua berkat keisengan ibuku yang rajin mengirimkan foto-fotoku ke beberapa majalah, koran, kontes foto, bahkan situs-situs di internet. Semenjak itulah aku kecemplung dengan ‘fotografi’. Aku mulai dapat banyak tawaran job foto setelah foto-fotoku ditampilkan di beberapa majalah dan website-website fotografi. Kebanyakan para redaksi kaget melihat aku yang perempuan dan baru 18 tahun sudah mau mengambil job-job ke berbagai daerah yang jauh dari Indonesia.
Itu semua tidak lain tidak bukan dikarenakan alasan Primerku.
             Aku punya kelainan yang disebut Synesthesia.
Pernahkah terbayangkan olehmu, kira-kira bagaimana warna dari nada A atau C atau Cminor. Atau mungkin warna dari bunyi klakson mobil, warna dari bunyi tuts piano yang di tekan? Atau yang lebih aneh lagi adalah merasa bisa mendengarkan suara dari buah buahan?
Ya, aku merasakan semuanya. Aku merasa minuman anggur rasanya persegi, angka lima kenyal seperti permen karet, hari Senin warnanya biru, atau nada-nada musik terlihat terbang di dalam ruangan. Jika aku makan sup dan rasanya kurang garam, aku akan bilang: “sup ini kurang bulat” atau “sup ini kurang titik titiknya”.
Aku bahkan tidak mau memegang penghapus yang telah kotor. Karna aku selalu bilang bahwa penghapus itu berkeringat dan bau.
Awalnya orang-orang menganggap aku sedang menghayal, atau menganggap aku sedang mengkonsumsi obat tertentu. Tetapi aku tidak dalam keadaan mabuk, aku benar-benar sadar. Tadinya mereka nyaman-nyaman saja berada di dekatku, tapi lama kelamaan mereka risih, tak mau berbicara denganku karna aku dianggap orang aneh, tidak waras karena selalu mengatakan hal-hal yang berbeda dengan persepsi orang normal lainnya.
Tak heran, aku tidak punya teman disekolah. Tidak ada yang betah lama-lama mengobrol denganku, dianggap aneh oleh guru, diacuhkan, tak dianggap ada. Aku sangat introvert. Lebih baik sendirian mengutak-atik suatu hal. Satu-satunya kenyamananku hanya acara jalan-jalan keluarga dan Ibuku. Cuma ibuku yang mengerti, yang mau berfikiran luas dan tidak pernah menyalahkan perbedaan persepsi. Walaupun ayah, dan kedua kakak ku; (nathan,dan stefanny)  juga bersikap baik terhadapku, tapi aku tahu sebenarnya mereka tidak benar-benar mengerti aku.
              Keluarga ku memang sangat berkecukupan. Bisa dibilang kaya raya dan melimpah. Ayahku adalah seorang Duta besar, dan Ibu ku juga berjual-beli mutiara dan batu-batu safir yang pelanggannya biasanya kaum-kaum ekspatriat. Stefanny kakak ku yang pertama, begitu pintar. Ia mendapat beasiswa dan kini telah lulus dari Universitas Murdoch,  Perth Australia. Sedangkan Nathan dikirim ke UK untuk dapat berkuliah di Universitas Queen mary di London. Mereka berdua hebat, dianggap sebagai kaum-kaum intelek, bibit unggul. Tidak seperti aku. Aku layaknya tambahan creamer untuk segelas capuccino iced blended siap saji. Jika dibutuhkan, dibubuhkan. Jika tidak dibutuhkan, hanya memajang raga tanpa diaacuhkan orang. Aku selalu dianggap kasta bawah, dan merasa tidak dimanusiakan sebagai manusia.

Karna synesthesia yang parah telah aku derita sejak kecil ini, aku menjadi orang yang sangat tidak betah dengan lingkungan bila berada lama disuatu tempat. Keluarga ku tau aku sudah sangat menderita dengan lingkungan yang tidak menerimaku semenjak aku menjejaki sekolah dasar. Maka beruntunglah aku waktu punya alasan untuk pergi dari rumah karna berlabel ‘fotografer.’ Dan tekadku sudah bulat, ingin mengadakan travelling ke seluruh dunia untuk lebih mengenal hal-hal juga lingkungan yang baru. Yang pastinya tidak harus berdiam diri lama disuatu tempat dengan orang-orangnya yang berfikiran sempit.
Tentunya keputusanku untuk pergi sendirian ke berbagai tempat di bumi ini, menimbulkan badai besar dalam keluargaku. Ayahku marah-marah, kakak-kakak ku mengganggap aku hanya membuat sensasi, tetapi…….lagi-lagi ibu ku lah yang membelaku dan meyakinkan semuanya.

“Udah jangan pikirin yang lain, yang penting jiwa kamu bebas. Pikiran kamu lepas. Vhibie udah gede, jaga diri baik-baik ya bi….mama akan selalu pantau kamu. Kamu tau kan, papa punya banyak mata disana-sini jadi jangan macem-macem. Jitak pokoknya kalo aneh-aneh!” 
Begitulah kata-kata terakhir ibu ku di bandara 2,5 tahun lalu waktu mengantarkan aku menjalankan trip pertama ku ke chocolate hills, Philiphine. Ya 2,5 tahun lalu…..
                Aku tadinya begitu bebas dan jarang dikhawatirkan oleh ibu dan keluargaku. Namun semenjak kejadian di Jenewa, aku di boyong ke London di salah satu flat tempat kakak ku tinggal untuk menyelesaikan studinya. Perjalanku sedikit mengalami kendala. Aku tak boleh berpergian jauh-jauh, paling tidak hanya boleh disekitaran wilayah Inggris. Itupun, Nathan sebisa mungkin harus menemaniku. Jujur aku tidak nyaman, aku tau Nat juga tidak. Aku seperti dibebankan kepadanya, jadi akhir-akhir ini aku sering berpergian sendiri diam-diam dan tanpa restu darinya.
Kini aku telah berada di Birmingham. Berbekal dengan gps, dan buku panduan wisata, kaki-kaki kecilku dengan sendirinya mengajak tubuhku melangkah menyusuri kota ini. Satu hal yang kusenangi dari kota ini adalah kanal-kanal nya yang cantik, mengingatkan ku pada romantisme kota venice. Sayangnya aku belum pernah menjejaki Italia. Tapi aku tau, aku pasti senang sekali bila dapat berlabuh disana.
        
            Aku menghabiskan siangku dengan berjalan-jalan sekitaran Aston, mengambil beberapa foto, lalu lanjut lagi ke Birmingham New Street station untuk naik kereta menuju bournville. Aku ingin menyenang nyenangkan diriku melihat beberapa performing arts,museum dan melihat-lihat ke dalam Cadburry world. Setelah berjalan-jalan cukup lama, aku tak sadar waktu sudah menunjukkan jam 5  sore. Perutku keroncongan, dan butuh beristirahat sejenak.
Tibalah aku pada sebuah penginapan klasik di Watling Street Witherley. Banyak turis yang merekomendasikan tempat ini di situs-situs wisata, tempat ini bernama The old house.
Kebetulan aku tiba disini waktu sedang diadakannya acara launching sebuah band di bar and lounge room. Pengunjung the old house pun boleh ikut menikmati performance mereka di lounge.
Aku penasaran dan ingin melihat band tersebut. Dengan keragaman musik-musik British yang kata orang penuh dengan originalitas dan kualitas tak heran banyak band-band besar juga lahir di Brimingham. Sebut saja black sabbath yang di gawangi oleh Ozzy ousbroune, orang-orang banyak menyebut merekalah pioner musik heavy metal.
             Kali ini band yang sedang aku nikmati ini bernama A While. Musik yang mereka bawakan ber-genre blues. Semua balance tapi satu hal yang aku tangkap ialah, ada sosok yang bersinar pada band itu. Mata ku pun tak mau lalai dari sang basisst yang bermata coklat bening, tinggi kira-kira 175 cm, berambut coklat keriting, berkulit putih pucat, bibirnya merah pekat dan berjari lincah yang dapat mendentumkan nada nada indah dari bass yang dimainkannya. Aku dapat melihat nada-nada tersebut jelas tersaji hangat didepanku dan berkejaran layaknya sekumpulan ikan koi yang berebut makan pelet. Seperti tersihir, tak bosan mataku menatap pemain bass itu. Otak ku seperti disiram coklat manis nan lembut, dibanjiri bertubi-tubi oleh pemandangan indah itu. sesekali si coklat itu pun sadar sedang diamati dan melirik sekilas lalu kepadaku.
Seperti jatuh pada lubang palung yang tak berdasar, aku pun seperti luluh lantah dibuatnya. Bahkan tak sampai hati aku mau pergi mengangkat kaki ku dari kursi bar ini.
Satu kebenaran yang tak bisa aku sangkal sekarang.
Aku suka dia.

Aku menunggu band tersebut hingga acara selesai, dengan agak ragu aku mendatanginya. Dengan cepat akupun memulai pembicaraan dengan si coklat.
“wait wait, sorry if you don’t mind can I take some photos of you? Emm….i’m a photograper”
Si coklat itu menoleh kepadaku dan menjawab singkat “sure..photograper for what?magazine?”
Aku pun asal sebut dan berdalih “oh yeah yeah, one of…music magazine. Oh! actually….emm I want to interviewing you, ask some question about your profile too. But if this is not distrubing you of course”
Dengan raut muka yang tidak berubah si coklat itu pun menjawab “oh sure sure, no problem besides i’m free right now”
Aku pun langsung sumringah mendengarnya. Kapan lagi aku dapat mengetahui tentangnya jika tidak dengan berbohong seperti ini, setelah mendapat beberapa foto dan mengadakan interview ‘pura-pura’ aku dapat banyak informasi tentang si coklat yang telah merengkuh hatiku itu.

           Nama lengkapnya Reza miller. Dia berumur 22 tahun, 2 tahun lebih tua dariku. Dia tinggal berpindah-pindah tetapi sudah lama menetap di Birmingham. Band nya memang baru launching album kecil-kecilan, tapi rencana nya dia dan band nya akan pergi ke wilayah dan negara lain untuk memperkenalkan musiknya. Untuk band yang belum terkenal, mungkin sulit untung menopang biaya tour tersebut, tetapi ia bilang dia disokong oleh vokalis band nya yang berasal dari salah satu keluarga terkaya di Birmingham. Oh iya, yang sangat mengejutkan ialah dia bilang ibunya berasal dari Indonesia, dan ayahnya asli orang inggris. Dia pernah tinggal di Jakarta waktu kecil, kemudian kembali ke inggris dan sering berpindah pindah kota. Dan yang lebih mengejutkan ialah dia fasih berbahasa Indonesia, tetapi dari wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ada darah Indonesia mengalir disitu. Wajahnya pure seperti bule.
Dia sangat menyenangkan. Aku minta contact person, link di myspace, dan minta diberi tahu bila ada jadwal manggung lagi. Dalihku ialah untuk dapat mempromosikan band mereka kepada para pembaca majalah. Padahal aku tidak peduli pada bandnya, aku lebih peduli pada si coklat yang pada pertemuan pertama sanggup menjungkirbalikan gravitasiku. Dan menggantikannya dengan gravitasi cinta. Malam itu aku tidur lebih nyenyak dari biasanya.
          Pagi-pagi ketika aku baru bangun dan menyalakan handphone ku, belasan pesan masuk dari Mama dan Nathan yang semua isinya menyuruhku untuk pulang ke flat nya nathan di London. Tak mau membuat mereka khawatir aku pun langsung check out dari penginapan, dan kembali ke stasiun birmingham moor street untuk segera naik kereta pulang ke London.
Ah…….sehari berkunjung ke birmingham, telah mempertemukanku dengan si coklat. Aku sangat berharap akan ada pertemuan pertemuan selanjutnya, dari interview pura-pura ku yang kemarin, aku juga sempat bertukar alamat email dengannya. Berhubung karena di train yang aku naiki punya wi-fi yang cukup kencang, aku pun dengan cepat langsung mengakses email dan menuliskan pesan kepadanya.

“ hey, this is me vhibie from the magz. Are you guys will be perfome again? When and where? I'd like to come again to enjoy your band.  Can I get the schedule? Pls reply my mssg. Aku tunggu. Terimakasih :) “

Setelah sampai di London, tebakan ku pun benar. Aku disambut nat yang terus saja marah-marah kepadaku sepanjang hari. Rasanya aku ingin menggembok mulutnya jika bisa.
         Selang tiga hari, si coklat baru membalas emailku. Pesannya berisi:
“hey sorry late reply. Its been a busy week for me. Jadwal manggung kita sangat padat, semingggu lagi pun kita akan meninggalkan inggris untuk tour keliling eropa. Kamu bisa liat fanpage kita untuk tau pastinya. By the way it’s a pleasure to speak ‘bahasa’ again with you. Chiao”

Aku langsung melonjak senang dia mau membalas emailku apalagi ia mau memakai bahasa indonesia denganku. Tak banyak pikir pun aku langsung membuka fan page band mereka untuk tahu kapan saja jadwal manggungnya.
Ternyata memang benar, band itu benar-benar punya jadwal manggung di pub-pub inggris yang padat. Dengan berlabel indie, sepertinya band tersebut sedang naik daun, ditambah lagi mereka akan tour kecil kecilan keliling eropa. Begitu aku lihat tujuan pertama mereka adalah Paris-Perancis aku langsung terdiam menatap jauh kedepan.
Paris…………….kota dengan penuh atmosfer romantisme.
Aku belum pernah kesana.
Cepat-cepat aku ambil ponselku dan menekan nomer ibuku.

“haloo bi kenapa?” saut suara dari ujung telfon
“ma, aku punya satu permintaan” ujarku cepat
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, mama sudah menyela “no no no! I know it must be you want to go to another place again alone. It’s a big no!”
“ma… please… aku ingin ingin sekali pergi ke paris ma... Aku mau menetap untuk beberapa waktu disana ma, dan janji bakal nurut terus sama mama setelah itu”
Mama pun sepertinya semakin gusar mendengar rengekanku “APA?PARIS?sendirian lagi?! Don’t you dare bi! Mama akan bawa kamu balik ke jakarta kalo kamu berani nekat”
Tetap pada tujuanku, aku masih berusaha meyakinkan ibuku “ma… sepanjang hidupku aku gapernah punya temen deket ataupun pacar…sama sekali gapunya ma. Kenapa aku ingin sekali pergi ke paris, karna aku pengen merasakan hidup normal ma…. aku ingin merasakan cinta. Orang yang aku sukai akan keparis seminggu lagi….”
Kemudian aku bercerita banyak tentang pertemuanku dengan si coklat, tentang hatiku yang tanpa alasan jelas telah kecantol dan terpatri padanya. Ya, memang sepertinya konyol. Secepat itu aku bisa menyukai seseorang hanya dengan melihatnya pada pandangan pertama. Tapi entah kenapa, hatiku berkata aku harus ikut ke paris untuk dapat bertemu lagi dengannya. Dengan penjelasan panjang lebar dan banyak rengekkan, akhirnya mama pun luluh
“yaudah bi kamu hati-hati ya…nat bilang dia sedang susun tugas akhir makanya kalau kamu mau kemana mana gabisa ditemenin sama nat. pokoknya mama mohon kamu harus jaga diri. Kalau kamu sewa penginapan, berikan nomernya kepada mama biar mama bisa cek kamu terus. Good luck buat pencarian kamu, you know I will always be with you”
Aku pun melonjak senang “iya mamaku sayang terimakasih!!!!!”
Setelah dapat izin dari ibuku, aku langsung mencari tiket paling murah ke paris untuk seminggu ke depan, cari tempat penginapan yang murah dan bagus, lalu langsung mempersiapkan semua hal yang diperlukan.
I’m going to Paris!!! Je vais aller à Paris!

    ………..xxxxxxxxxxx………..