Senin, 10 Februari 2014

petunia punya ravid



 Petunia Punya Ravid 

             Kedatangan ku kali ini sengaja membawakan kesukaanmu..sengaja aku pesan bunga ini dari jauh-jauh hari , untuk dapat menambah koleksi hiasan halamanmu yang rindang ini. Penjualnya bilang, bunga ini hasil persilangan, langka katanya. Warnanya merah muda, merekah seperti terompet dengan merah stabilo ditengahnya. Namanya petunia x hybrida pink katanya.

Kamu suka kan?  Cantik kan?
iya, secantik kamu…
aku harap kamu bisa dengar aku bilang begitu. Sayangnya aku hanya bisa menatapmu kali ini. Kamu tidur lelap sekali,  ingin rasanya kuguncang dirimu dan aku bangunkan seperti dulu..

Fe.
Aku kangen kamu.
Aku sayang kamu. Sekaligus membencimu melibihi apapun, fe.

           Aku masih ingat hari dimana kita bertemu. hari dimana kau ikut kelas lukisku. kau masih awam, kikuk, masih belum bisa memegang kuas dengan benar.
Lalu kau memintaku mengajarimu private, aku pun mengiyakan saja agar kita bisa sama-sama belajar.
Hari demi hari intensitas kita semakin banyak, semakin dekat. Tak jarang kita terlalu sibuk memintal angan-angan kita dalam percakapan hingga kadang lupa akan waktu.
Dan berlanjut  terus  begitu.

Tiba-tiba aku merasa duniaku seakan berubah olehmu. Aku melihat kamu sebagai gadis yang atraktif, yang  ceplas- ceplos, yang santai namun cerdas. Aku merasa aku bisa bicara tentang apa saja denganmu. Tentang pohon pohon yang rindang, tentang bunga bunga kesukaan, tentang langit yang tiada batas. Seperti kita yang tiada batas, ya kan fe?

         Seperti di  malam-malam biasa kita bertemu, di bangsal pribadimu yang kau sebut sebagai ‘osmosis-mu’.
Yang katamu selalu sukses membuat tiap orang menjadi lebih santai, lebih rileks.  Tempat kau menghabiskan sisa harimu,  ruang untuk isi dalam kepalamu, sudut  favoritmu.

Di tempat itu biasanya kita merebahkan tubuh kita bersama, bicara lewat mimpi ke mimpi, lewat bahasa tubuh yang seakan kita sudah sama-sama mengerti.
Memelukmu..Merasakan gelak tawamu...aroma tubuhmu..
Seakan aku selalu haus akan kamu…ketagihan kamu.. dan harus aku akui, betapa sulitnya aku untuk tidak mencintaimu kurang dari ini fe.

Apa kau masih ingat fe, ketika rasa diantara kita memuncak? Ketika aku bisa merasakan segalanya dari kamu, dan kamu bisa merasakan segalanya dari aku. Bagaikan kita jadi satu ditengah deru nafas, di tengah adrenalin yang meledak.. Bagaimana rasanya fe? Melakukannya bersamaku? Enak? Nikmat? Aku juga merasa begitu..meski kau tidak pernah bilang padaku.

         Kita sudah lama begini, dan mungkin kamu malu untuk mengungkapkannya. Aku sadar itu dan tak berharap banyak, kita hanya jalan ditempat.  Aku juga yang salah, yang tak pernah meminta kepastian dari kamu.

Apa karna kita berasal dari dunia yang terlalu berbeda?
Kamu dengan wajahmu yang cantik rupawan, tubuh indahmu yang menawan, dengan keluarga bahagiamu dirumah, dengan tingkat edukasi mu,  dengan semua hal yang bisa dengan mudah kau dapatkan.. semua orang  mengakui kau pintar, kau multitalented, kau bintang.
Tapi aku?

Aku hanya si jelek dan bodoh, yang fanatik melukis tapi tak bisa menjual karya lukisnya sendiri,  yang keluarganya berantakan, tak pernah disebutkan. Yang pribadinya tak dikenal orang dan menolak untuk di publikasikan.

Kita 180 derajat berbeda. Dan Seakan ada tembok besar menghalang diantara kita. Kita tak akan pernah bisa bersama. Itu kan yang ingin kau bilang?
          
         Seperti  salah satu lagu dari king of convenience dengan misread nya.. yang sering kau kumandangkan di media player depan kamarmu ketika kita sedang bersama…dari liriknya, sepertinya ada kata tersirat untukku kan fe?

‘if you want to be my friend…you want us to get along…please don’t not expect me to..wrap it up and keep it there’

Tapi aku terus bertanya tanya dan mencari jawaban yang tak pernah ada jawabnya.
Kadang aku berfikir apa ini hanya salah satu permainanmu fe?
Mungkinkah kau hanya memainkan peranmu untuk kemudian mengambil keuntungan dariku?

Ingatkah kamu fe.. dengan lukisan bunga-bunga petunia yang aku buat dan tak pernah rela aku jual?
Yang membuat tiap mata luluh dan kagum jika menatapnya.
resep terbesar yang tak pernah aku ajarkan dikelas lukisku.. yang aku buat dari rasa perih dan kesakitan yang kuderita selama bertahun tahun..

ya, fe…semuanya…semua yang dengan senang hati aku bongkar didepanmu..

Dari lukisan  petunia piroutte rose yang berwarna merah pekat, yang terlihat manis, dan menggiurkan. Warna yang tak pernah kau dapatkan dari cat jenis apapun. Resep khususnya? Merah dari badanku sendiri. Kau tak akan pernah lihat merah sepekat itu lagi jika tak kau ambil dari dekat aliran arteri.

Lalu lukisan petunia carcadias bicolor purple . aku dapat perpaduan yang bagus dari empedu kucing kampung yang sering berkeliaran dijalan rumahku. Yang aku belah hatinya untuk dapatkan kantung empedu segarnya lalu aku campur dengan berry  tumbuk untuk menambah kekayaan dualisasi ungu yang bergradasi.

Bahkan favorit semua orang, lukisan petunia easy wave mystic pink yang terlihat anggun yang sedang mekar di ladang bersama lavender dan daffodil...warna ladangnya aku dapatkan dari darah dan tulang kadal prasinohaema peliharaan langka ibuku dulu, yang kublender dengan rotasi maksimal. Aku pakai kadal ini karna ia punya pigmen biliverdin yang membuat darah dan tulangnya hijau sempurna.
warna - warna klasik nan mistik yang tak bisa kau dapatkan dimanapun, secara gratis mampu aku ciptakan dari hal hal hidup yang ada disekitarku.

           Begitu kau aku beritahu kau seperti ingin mengambil sesuatu dariku…dari seniku..yang seharusnya menjadi identitasku.. tapi pada akhirnya ingin kau tukarkan dengan kepercayaanku padamu..
Haah fe.. aku muak. aku hanya seperti dadu di permainan monopolimu..yang kau ambil dan kau lempar seenak dirimu.. 
Kau datang padaku riuh bersama bulan namun begitu pula kau pergi..redam bersama malam.

Kau tak akan tau betapa sakitnya aku fe.

Saat kau mulai berhenti menemuiku lagi dan kau hilang seperti ditelan bumi,
 aku menemukan kau berada di puncak kejayaanmu. Dengan mengeksploitasi aku.
How dare you!

             Kau terbitkan 325 halaman buku yang berisi tentang kisahmu, kisah seseorang lebih tepatnya. Seseorang yang kau bilang punya dissociative identity disorder, kepribadian individu yang terpecah dalam satu tubuh sehingga memunculkan kepribadian lain. atau kau sebut ber-kepribadian ganda.
Yang kamu teliti dalam beberapa tahun terakhir ini. Yang sosoknya selalu berperan sebagai orang lain hampir sepanjang hidupnya. Tapi tak pernah sadar akan hal itu, hingga kepribadian yang sebenarnya kau temukan dalam rangkaian prosedur psikiatri mu.

Kau mengobservasi orang ini.  Orang  yang pernah memiliki trauma masa kecil, sexual abuse, bahkan bullying. Alter atau (pribadi) lain dari sosok ini akan muncul sebagai pribadi yang bisa mengatasi hal yang tak mampu pribadi asli lakukan sebelumnya.

Orang  yang kau teliti ini pernah bercerita,  dulunya ia mengalami hidup kelam dengan latar belakang keluarga yang menyakitinya baik fisik maupun mental. Ayah kandungnya meninggalkan ibunya dan ia saat balita. Ibunya lantas jadi pemabuk, murahan, bahkan sempat dihamili beberapa kali oleh sembarang laki-laki,  kemudian gugur begitu saja tanpa diketahui dimana dikuburkan janinnya.
 Kau menyimpulkan, ibu dari sosok ini begitu depresi. Tapi tak pernah ada keluarga yang menangani.

Tahun ketahun si anak ini menjadi pelampiasan ibu kandungnya sendiri. Ia diperlakukan seperti anak buangan, sering dipukuli, tidak diberi edukasi dengan baik, hingga penyiksaan baik fisik dan kata-kata membuat si anak kehilangan rasa percaya diri dari usia dini. Ibunya bahkan menyalahkan si anak sebagai penyebab  kaburnya sang ayah.

Salah satu hal terberat dalam hidup sang anak adalah penyiksaan seksual.
Beberapa kali si ibu tega memasukan sesuatu ke alat vital sang anak, hingga ia kesakitan,berteriak keras,tak jarang meninggalkan luka yang cukup dalam.  Tapi justru dengan begitu si ibu akan merasa puas , terangsang dengan sendirinya, dan mengulangi hal itu lagi di waktu-waktu tertentu.

            Di kemudian hari, sosok ini menghadirkan kepribadian seorang laki-laki idaman para istri, charming , gymnast, mudah memuaskan.
 Sosok ini muncul dihadapanmu waktu kau sedang bersamanya rebahan di ruang diagnosamu. Kau bilang, ketika bicara tiba tiba nada suaranya berubah berat, namun kata-katanya ‘mengundang’ seperti lelaki  yang nafsu birahinya sedang memuncak. Lalu seketika itu dia langsung memelukmu dan berusaha melepaskan pakaianmu. Namun akhirnya berujung pada orgasme dengan diri sendiri.

Alter itu menyebut dirinya ‘jon’. Nama jon kemungkinan besar diambil dari nama ayah yang meninggalkannya dulu, yaitu jhony.

Di buku itu kau bilang, ada gunanya kenal dengan sosok jon. Karna alter ini mengenal alter lainnya, termasuk si sosok yang asli. Bukan pribadi palsu yang dominan mengambil alih hidupnya. Kemudian pada pertemuan pertemuan berikutnya kau berusaha memanggil si sosok asli ini dari jon yang kau kenal punya kebiasaan orgasme sendiri.

Kau harus bisa mengambil hati jon untuk bisa beralih menjadi sosok asli yang sampai saat itu belum berhasil kau temui. Lalu sebisa mungkin kau dekati jon, dan membiarkan ia melakukan apa aja yang dia inginkan selagi masih dalam kapasitas yang bisa kau tampung.

        Pada suatu malam, kau berhasil mendatangkan si sosok yang asli. Yang mengaku kerap merasa sering kehilangan waktu-waktunya. Dari hitungan jam, hari, bahkan minggu. Ia lupa bahkan tak sadar apa saja yang telah terjadi selagi ia ‘hilang ingatan’. Ia seperti terbangun begitu saja di tempat, dengan situasi dan perubahan penampilannya yang sering membingungkan,  lupa sama sekali dengan benda-benda yang tidak ia ingat pernah membelinya atau dimana keberadaannya. Bahkan ia bingung ketika pertama kali melihatmu, orang yang tak pernah merasa ia kenal sebelumnya.

Lalu kemudian kau menceritakan padanya tentang hal-hal yang ‘terlupakan’ olehnya di waktu-waktunya yang hilang. Lantas ia langsung kaget luar biasa dan nyaris tak percaya.
Tapi dengan tenang kau cairkan lagi suasana. Kemudian kau memancingnya menceritakan semua hal tentang dirinya. Dari situlah kau tau latar belakang keluarganya dan semua hal yang telah ia lalui dari kecil hingga ia berumur 26 tahun seperti sekarang.

Namun sosok asli ini begitu rapuh, begitu lembut, mudah menangis. Ia mengaku nama aslinya adalah davina. Davina puteri. Seorang anak lugu yang dibesarkan oleh ibu yang depresi, dan sedihnya ia pun mengaku juga kerap kali di-bully di sekolahnya dulu karna dicap seorang anak janda pelacur.
Untuk itu ia memendam ego yang besar pada dirinya yang selalu merasa kecil.

Jika ego yang dipendam olehnya tak terkontrol lagi, begitu kuat menggebu, membuat emosinya meledak,
seketika itu pula ia akan berubah menjadi alter yang sangat dominan dalam dirinya. Sosok yang lebih dulu mengambil alih dan utama di kepribadiannya pada masa-masa sekarang.

Menjadi Ravid.
Si laki-laki berambut cepak, berpenampilan kusut, mengaku sebagai seorang pelukis pshyco, yang punya kharisma kuat, yang tak takut pada apapun, dan sangat mencintai bunga-bunga petunia yang selalu dijadikan objek lukisnya.

Ya, itu aku.
Aku kan yang kau maksud  didalam bukumu fe?
Sosok yang pertama kali kau temui karna niatmu yang awalnya ingin belajar psychology of art dari pelukis jalanan yang membuka kelas gratis sepertiku. Nyatanya kau bilang, kau dapat hal lain yang jauh sangat-sangat menarik tentang kepribadianku setelah dari hari kehari mengenalku. Lalu sengaja kau undang aku ke tempatmu, tempat yang kau sebut dengan osmosismu yang tak lain adalah tempat praktekmu sebagai seorang psikiatris. Dan kau korek aku…perlahan namun dalam.

                Di bukumu kau bilang, alter ravid terbentuk karna ketidakmampuan davina dalam hal kesenian. Davina sering disiksa oleh ibunya jika mendapati ada nilai merah dalam rapornya. Menghukumnya dengan memerintahkan davina untuk berlutut selama berjam jam diatas tebaran biji jagung kering panas yang sedang dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah itu kakinya akan seperti habis terbakar, lebam selama berhari hari, hingga tak mampu berjalan lagi dan hanya bisa merangkak keesokan harinya.

Ravid kemungkinan besar muncul dengan sendirinya waktu umur 20 tahun, disaat ibunya meninggal karena sakit yang dideritanya. Mendadak davina menjadi sendirian, lalu ia berusaha melanjutkan hidup dengan harta yang tertinggal,dan entah mengapa sejak itu davina jadi lebih mencintai dirinya sendiri.

Ego untuk menentang ibunya berhasil ia keluarkan. Membentuk sosok ravid, lelaki tangguh yang pandai melukis.  Melukis dari apa bahan apa saja, tentang apa saja. Dengan objek paling magisnya yaitu bunga petunia. Yang tak lain, ialah bunga-bunga kesukaan ibunya yang dominan menghiasi makam ibunya. Bunga penanda ia telah terbebas dari neraka yang selama ini ia jalani.

             Kau bilang, informasi itu kau dapatkan dari bicara lagi dengan alter davina. Yang selalu merasa rapuh tiap mengingat kenangannya di masa lampau.
Davina bercerita tak pernah tau kalau ia bisa melukis sebelumnya, dan merasa bingung dengan banyak lukisan yang sering ia jumpai ketika ia telah kembali sadar. Ibunya bagaikan iblis bagi dirinya, yang punya peran penting dalam kehidupannya yang dulu jauh dari kata bahagia.

Dan di waktu berbeda dengan mudahnya alter yang lain, jon  dapat bercerita dengan gamblang semua hal yang ingin kau ketahui tentang ravid maupun davina.
Karna kau bilang, didalam kasusku alter yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal. Kecuali alter jon yang mengenal dan mudah berkomunikasi dengan semua pribadi yang ada dalam tubuhku.

Bahkan dibuku ini kau sebutkan, mengapa nama ravid bisa begitu saja muncul dalam diriku.
Kau klaim dirimu telah memecahkan teka teki itu, yang semuanya berhubungan dari awal kau mengenalku. Dari hal-hal kecil mengenaiku dan semua kunci yang berhasil kau buka dari pintu ke pintu.
Ya, kau sepenuhnya sukses. Dalam menganalisa semua isi dari pintu itu.

‘petunia-ravid’ adalah anagram atau permainan acak kata seperti scrabble dari nama asli diriku
‘davina-puteri’.

Dan sekarang bukumu itu mendadak tenar , terjual hingga puluhan ribu kopi. diakui sebagai terobosan dan masterpiece dalam kasus menyangkut psikologi manusia. Well, selamat fe. Cita cita mu untuk menjadi besar akhirnya tercapai. Dan lagi lagi aku hanya disini…

Itu pribadiku yang kau kuliti, fe
Secara gamblang kau paparkan di tiap tulisan, dengan tiada ampun, tak memakai anonim sekalipun.
Jahat kamu, fe…

Tidak, aku tak butuh royalti se-peserpun darimu.
Tak ada guna kau menelefonku dengan niatan ingin mengenalkanku ke publik, publik yang ingin menyikap aku dan membantuku untuk bisa menjalani hidup yang lebih baik.
Berani nya kamu! Aku tidak sesakit itu! 

Atau…..atau inikah salah satu bagian dari rencanamu? Untuk menjual kehidupan orang lain dan mengambil profit dari itu?memutar balikan fakta, dan menciptakan pribadi pribadi yang tak pernah ada sebelumnya?

Rencana-rencanamu tiba-tiba terbaca di pikiranku.

Iya fe, aku memang sayang kamu, aku memang mengagumimu
Dengan segala prestasimu dan kesuksesanmu…

               Namun dikemudian hari entah kenapa aku mengiyakan tawaranmu untuk mengenalkan ku ke masyarakat luas. Katamu orang-orang diluar sana mulai sangsi akan kisah yang kau tulis,
untuk itu kau akan membawaku ke media dan membuktikan bahwa si tokoh dalam bukumu itu, memang sungguh ada.
Sebelumnya itu,  ijinkan aku mampir ketempatmu
Karna aku punya kejutan kecil untuk kamu.


Aku membawakan buah karyaku.
Khusus untukmu. Tapi…entahlah…
Ketika aku menunjukannya kepadamu,
Kau sontak terdiam, tertegun cukup lama.
Bermenit menit kau berhenti mengedip.

Seolah kau tertarik ke dalam duniaku.
Kau mengikuti alurku.
Mengenalku lebih.
Mengerti rasanya menjadi aku.
Seolah kau lupa rasanya pernah bahagia.
Seakan kau mengerti, bahwa kau harus berhenti mencari.
Di satu titik itu.
Bahwa yang mana saja diriku,
Mau yang ini, yang itu. Peduli setan.
Yang paling penting adalah,
Aku tulus… Akulah orang yang paling mencintaimu, fe..

Ah…tapi kau masih di sudut itu. Bahkan sepertinya kau lupa, kau masih memijak bumi.
Kau terus memandangiku tiada ampun.
Memandangi tubuhku yang tak lagi memakai seujung benang pun.
Memandangi wajahmu yang terlukis di sekitar dada dan perutku.
Memandangi buah karyaku yang aku torehkan di sekujur tubuhku, membentuk pola pola permanen, membentuk lekuk-lekuk wajahmu. Sedang memegang bunga petunia kesukaanku.
Lukisan ini tiada akan lekang. Akan terus terukir dikulit ini, bahkan sampai aku mati.
Special buat kamu fe.

Kini ruang di sekujur tubuhku hanya untuk kamu. kau bebas memegangnya, memeluknya, menciumnya, memilikinya.
Ini tubuhku jadi kanvasnya.
Ini lukaku jadi garisnya.
Ini wajahmu jadi jawabannya. 

               Bulir-bulir airmata mu pun jatuh spontan. Kau menangis seperti sedang menanggung pedih, lalu bertanya

“kenapa? kenapa sampai sebegini nya? Aku cuma ingin membantumu.. tolong jangan lagi berlebihan kepadaku, dan menganggapku orang paling penting dalam hidupmu.. aku hanya ingin professional dan sebenarnya kamu ini bergender sama denganku..apa kau sadar itu? biarkan aku bantu  menyembuhkanmu ya?”

Setelah tarikan nafas kedua, kau berhenti menangis dan kembali terlihat khawatir kepadaku.

“oh god…bagaimana caranya menghapus tatto sebesar ini dari tubuhmu…omong omong kau pakai apa untuk menggambar ini?”

Aku tak menjawab. Jujur, itu bukan pernyataan yang ingin aku dengar.
Sudah jelas aku ditolak mentah-mentah olehmu kan.
Bilang saja begitu. Tak usah sok peduli, kau palsu!

Tidak kah kau pernah liat seberapa besar perjuanganku untukmu?
Jahat kamu fe…

            Setelah basa basi itu, aku pergi. Dan aku tak berharap kembali lagi. Walau kau menjadwalkan untuk bertemu lagi denganku dan berjanji ingin membawa beberapa terapis ahli kepadaku.
Aku hanya iya, iya saja.
Omong kosong.  Lalu aku pergi dan aku hanya menitipkan satu pot kecil bunga petuniaku untuk mengiasi meja kerjamu. Aku bilang aku akan kembali lagi kepadamu dalam satu minggu kedepan.

Satu minggu setelah itu aku menemuimu lagi,
Dan…disinilah aku sekarang ,fe.
Janjiku untuk bertemu lagi denganmu sudah aku tepati.
Tepat diatas pusara mu.. aku bawakan bunga-bunga petunia cantik penghias makammu.
Sama seperti makam ibuku, fe..

Aku memang sayang kamu fe,
Tapi maaf ya
Jika aku tidak bisa memilikimu,
Maka tidak ada seorangpun yang boleh.
Aku yang menawarkan cinta tempo hari kepadamu, tapi kau menolak.
Namun jika aku menhantarkan keabadian untukmu, kau tak akan bisa menolaknya bukan?

Kau menolak untuk aku cintai.
Berarti kau bersedia untuk kubenci.

                Bunga yang aku bawakan untuk penghias meja kerjamu, itu bukan bunga petunia yang biasa kau lihat. Itu Aconitum. Sejenis bunga terompet juga, sepertinya masih kerabat dengan bunga petunia. Karna agak mirip, dan jelas kau tak bisa membedakan. Karna kau tak pernah tau apa-apa tentang diriku, tentang kesukaanku.

Kau tau fe? Serbuk bunga aconitum adalah serbuk yang sering digunakan untuk racun pada anak panah oleh suku minaro. Yang jika tersentuh sedikit saja akan mengakibatkan keadaan perih dan mati rasa.
Jika dosisnya banyak, tak sampai beberapa menit organ yang tersentuh akan terasa seperti terhujam jutaan jarum, perih dan panas yang teramat sangat. Setelah itu waktu akan terasa berjalan lamban bagi si korban, pelan, ya siksaan itu muncul perlahan. Bagi si korban rasa satu detik berlalu seperti ribuan tahun lamanya..
Lalu delusi, halusinasi bergantian akan muncul. Si korban akan melihat hal-hal yang tak pernah ada yang sebenarnya hanya dibuat oleh kekacauan otak, memori yang bertabrakan. Matanya seakan bukan lagi miliknya. Refleksnya hilang, seakan kaki dan tangannya bukan lagi miliknya.
Kemudian jika sudah terjatuh…hanya hitungan detik, nafas akan terhenti. Jantung kehilangan irama detaknya. Tubuhnya bukan lagi miliknya…Dan kematian pun akan datang menghampiri..

           Lagipula tak perlu menunggu kau memegang atau mencium wanginya. Hanya tinggal menunggu waktu si serbuk sari dari bunga akan matang dan jatuh dengan sendirinya, tercecer di meja kerjamu. Untuk itu aku menambahkan ekstra serbuk di pot tersebut.
Mustahil tak akan tersentuh atau terpegang olehmu…
Benar saja kan fe…tak perlu menunggu lama, dua hari setelah itu kau ditemukan terkapar kaku di meja kerjamu. Di ruangan mu sendiri, yang kau sebut osmosismu.
           Lucunya fe, tak ada yang menetapkan ini sebagai sebuah pembunuhan, perencanaan pembunuhan apalagi fe. Bahkan tak ada satu orang pun yang mencurigai aku. Aku bersih. Aku manusia bebas, tak tersentuh.
Kau tau mengapa fe?
Apa kau lupa bahwa sebelumnya memang tak ada orang lain yang mengenal si tokoh dalam bukumu ini..
Yang tak pernah dikenalkan, bahkan bertemu muka dengannya..
Seakan aku hanyalah buah dari imajinasimu,fe. Aku tak pernah ada, dan hanya sulapan dari tinta-tinta karya tulismu saja.
Dan kau lah satu-satunya orang yang tertuduh disini. Yang gila akan proyeknya sendiri.
Lalu berakhir mati.

Selamat tidur fe…

Dan ingatlah aku selalu menuliskanmu
Dalam mimpi-mimpiku tentang bintang yang terlampau terang
Kamu terbiaskan dalam senandungku tiap waktu
Nama mu ku lafalkan
Walau tak fasih, namun dekapmu terasa pasti
Aku menuliskanmu. Berdoa untukmu. Simpan rindu untukmu.
Pada saatnya nanti kau bisa gapai langit tinggi,
Bunga-bunga petunia ini akan ikut menghapus perih untukmu. Untukku. menjagamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar