Petunia Punya Ravid
Kedatangan ku kali ini sengaja membawakan
kesukaanmu..sengaja aku pesan bunga ini dari jauh-jauh hari , untuk dapat
menambah koleksi hiasan halamanmu yang rindang ini. Penjualnya bilang, bunga
ini hasil persilangan, langka katanya. Warnanya merah muda, merekah seperti
terompet dengan merah stabilo ditengahnya. Namanya petunia x hybrida pink katanya.
Kamu
suka kan? Cantik kan?
iya,
secantik kamu…
aku
harap kamu bisa dengar aku bilang begitu. Sayangnya aku hanya bisa menatapmu
kali ini. Kamu tidur lelap sekali, ingin
rasanya kuguncang dirimu dan aku bangunkan seperti dulu..
Fe.
Aku
kangen kamu.
Aku
sayang kamu. Sekaligus membencimu melibihi apapun, fe.
Aku masih ingat hari dimana kita
bertemu. hari dimana kau ikut kelas lukisku. kau masih awam, kikuk, masih belum
bisa memegang kuas dengan benar.
Lalu
kau memintaku mengajarimu private,
aku pun mengiyakan saja agar kita bisa sama-sama belajar.
Hari
demi hari intensitas kita semakin banyak, semakin dekat. Tak jarang kita
terlalu sibuk memintal angan-angan kita dalam percakapan hingga kadang lupa akan
waktu.
Dan
berlanjut terus begitu.
Tiba-tiba
aku merasa duniaku seakan berubah olehmu. Aku melihat kamu sebagai gadis yang
atraktif, yang ceplas- ceplos, yang
santai namun cerdas. Aku merasa aku bisa bicara tentang apa saja denganmu.
Tentang pohon pohon yang rindang, tentang bunga bunga kesukaan, tentang langit
yang tiada batas. Seperti kita yang tiada batas, ya kan fe?
Seperti di malam-malam biasa kita bertemu, di bangsal
pribadimu yang kau sebut sebagai ‘osmosis-mu’.
Yang
katamu selalu sukses membuat tiap orang menjadi lebih santai, lebih rileks. Tempat kau menghabiskan sisa harimu, ruang untuk isi dalam kepalamu, sudut favoritmu.
Di
tempat itu biasanya kita merebahkan tubuh kita bersama, bicara lewat mimpi ke
mimpi, lewat bahasa tubuh yang seakan kita sudah sama-sama mengerti.
Memelukmu..Merasakan
gelak tawamu...aroma tubuhmu..
Seakan
aku selalu haus akan kamu…ketagihan kamu.. dan harus aku akui, betapa sulitnya
aku untuk tidak mencintaimu kurang dari ini fe.
Apa
kau masih ingat fe, ketika rasa diantara kita memuncak? Ketika aku bisa
merasakan segalanya dari kamu, dan kamu bisa merasakan segalanya dari aku.
Bagaikan kita jadi satu ditengah deru nafas, di tengah adrenalin yang meledak..
Bagaimana rasanya fe? Melakukannya bersamaku? Enak? Nikmat? Aku juga merasa
begitu..meski kau tidak pernah bilang padaku.
Kita sudah lama begini, dan mungkin
kamu malu untuk mengungkapkannya. Aku sadar itu dan tak berharap banyak, kita
hanya jalan ditempat. Aku juga yang
salah, yang tak pernah meminta kepastian dari kamu.
Apa
karna kita berasal dari dunia yang terlalu berbeda?
Kamu
dengan wajahmu yang cantik rupawan, tubuh indahmu yang menawan, dengan keluarga
bahagiamu dirumah, dengan tingkat edukasi mu, dengan semua hal yang bisa dengan mudah kau
dapatkan.. semua orang mengakui kau
pintar, kau multitalented, kau
bintang.
Tapi
aku?
Aku
hanya si jelek dan bodoh, yang fanatik melukis tapi tak bisa menjual karya
lukisnya sendiri, yang keluarganya berantakan,
tak pernah disebutkan. Yang pribadinya tak dikenal orang dan menolak untuk di
publikasikan.
Kita
180 derajat berbeda. Dan Seakan ada tembok besar menghalang diantara kita. Kita
tak akan pernah bisa bersama. Itu kan yang ingin kau bilang?
Seperti salah satu lagu dari king of convenience
dengan misread nya.. yang sering kau kumandangkan di media player depan kamarmu
ketika kita sedang bersama…dari liriknya, sepertinya ada kata tersirat untukku
kan fe?
‘if you want to be my friend…you want
us to get along…please don’t not expect me to..wrap it up and keep it there’…
Tapi
aku terus bertanya tanya dan mencari jawaban yang tak pernah ada jawabnya.
Kadang
aku berfikir apa ini hanya salah satu permainanmu fe?
Mungkinkah
kau hanya memainkan peranmu untuk kemudian mengambil keuntungan dariku?
Ingatkah
kamu fe.. dengan lukisan bunga-bunga petunia yang aku buat dan tak pernah rela
aku jual?
Yang
membuat tiap mata luluh dan kagum jika menatapnya.
resep
terbesar yang tak pernah aku ajarkan dikelas lukisku.. yang aku buat dari rasa perih
dan kesakitan yang kuderita selama bertahun tahun..
ya,
fe…semuanya…semua yang dengan senang hati aku bongkar didepanmu..
Dari
lukisan petunia piroutte rose yang
berwarna merah pekat, yang terlihat manis, dan menggiurkan. Warna yang tak
pernah kau dapatkan dari cat jenis apapun. Resep khususnya? Merah dari badanku
sendiri. Kau tak akan pernah lihat merah sepekat itu lagi jika tak kau ambil
dari dekat aliran arteri.
Lalu
lukisan petunia carcadias bicolor purple . aku dapat perpaduan yang bagus dari
empedu kucing kampung yang sering berkeliaran dijalan rumahku. Yang aku belah
hatinya untuk dapatkan kantung empedu segarnya lalu aku campur dengan berry tumbuk untuk menambah kekayaan dualisasi ungu
yang bergradasi.
Bahkan
favorit semua orang, lukisan petunia easy
wave mystic pink yang terlihat anggun yang sedang mekar di ladang bersama
lavender dan daffodil...warna ladangnya aku dapatkan dari darah dan tulang kadal prasinohaema peliharaan langka ibuku
dulu, yang kublender dengan rotasi maksimal. Aku pakai kadal ini karna ia punya
pigmen biliverdin yang membuat darah
dan tulangnya hijau sempurna.
warna
- warna klasik nan mistik yang tak bisa kau dapatkan dimanapun, secara gratis
mampu aku ciptakan dari hal hal hidup yang ada disekitarku.
Begitu kau aku beritahu kau seperti
ingin mengambil sesuatu dariku…dari seniku..yang seharusnya menjadi
identitasku.. tapi pada akhirnya ingin kau tukarkan dengan kepercayaanku
padamu..
Haah
fe.. aku muak. aku hanya seperti dadu di permainan monopolimu..yang kau ambil dan
kau lempar seenak dirimu..
Kau datang padaku riuh bersama bulan namun begitu
pula kau pergi..redam bersama malam.
Kau
tak akan tau betapa sakitnya aku fe.
Saat
kau mulai berhenti menemuiku lagi dan kau hilang seperti ditelan bumi,
aku menemukan kau berada di puncak kejayaanmu.
Dengan mengeksploitasi aku.
How dare you!
Kau terbitkan 325 halaman buku
yang berisi tentang kisahmu, kisah seseorang lebih tepatnya. Seseorang yang kau
bilang punya dissociative identity
disorder, kepribadian individu yang terpecah dalam satu tubuh sehingga
memunculkan kepribadian lain. atau kau sebut ber-kepribadian ganda.
Yang
kamu teliti dalam beberapa tahun terakhir ini. Yang sosoknya selalu berperan
sebagai orang lain hampir sepanjang hidupnya. Tapi tak pernah sadar akan hal
itu, hingga kepribadian yang sebenarnya kau temukan dalam rangkaian prosedur psikiatri mu.
Kau
mengobservasi orang ini. Orang yang pernah memiliki trauma masa kecil, sexual abuse, bahkan bullying. Alter atau (pribadi) lain dari
sosok ini akan muncul sebagai pribadi yang bisa mengatasi hal yang tak mampu
pribadi asli lakukan sebelumnya.
Orang
yang kau teliti ini pernah bercerita, dulunya ia mengalami hidup kelam dengan latar
belakang keluarga yang menyakitinya baik fisik maupun mental. Ayah kandungnya
meninggalkan ibunya dan ia saat balita. Ibunya lantas jadi pemabuk, murahan,
bahkan sempat dihamili beberapa kali oleh sembarang laki-laki, kemudian gugur begitu saja tanpa diketahui
dimana dikuburkan janinnya.
Kau menyimpulkan, ibu dari sosok ini begitu
depresi. Tapi tak pernah ada keluarga yang menangani.
Tahun
ketahun si anak ini menjadi pelampiasan ibu kandungnya sendiri. Ia diperlakukan
seperti anak buangan, sering dipukuli, tidak diberi edukasi dengan baik, hingga
penyiksaan baik fisik dan kata-kata membuat si anak kehilangan rasa percaya
diri dari usia dini. Ibunya bahkan menyalahkan si anak sebagai penyebab kaburnya sang ayah.
Salah
satu hal terberat dalam hidup sang anak adalah penyiksaan seksual.
Beberapa
kali si ibu tega memasukan sesuatu ke alat vital sang anak, hingga ia
kesakitan,berteriak keras,tak jarang meninggalkan luka yang cukup dalam. Tapi justru dengan begitu si ibu akan merasa
puas , terangsang dengan sendirinya, dan mengulangi hal itu lagi di waktu-waktu
tertentu.
Di kemudian hari, sosok ini
menghadirkan kepribadian seorang laki-laki idaman para istri, charming , gymnast, mudah memuaskan.
Sosok ini muncul dihadapanmu waktu kau sedang
bersamanya rebahan di ruang diagnosamu. Kau bilang, ketika bicara tiba tiba
nada suaranya berubah berat, namun kata-katanya ‘mengundang’ seperti lelaki yang nafsu birahinya sedang memuncak. Lalu
seketika itu dia langsung memelukmu dan berusaha melepaskan pakaianmu. Namun akhirnya
berujung pada orgasme dengan diri sendiri.
Alter
itu menyebut dirinya ‘jon’. Nama jon
kemungkinan besar diambil dari nama ayah yang meninggalkannya dulu, yaitu
jhony.
Di
buku itu kau bilang, ada gunanya kenal dengan sosok jon. Karna alter ini mengenal
alter lainnya, termasuk si sosok yang asli. Bukan pribadi palsu yang dominan
mengambil alih hidupnya. Kemudian pada pertemuan pertemuan berikutnya kau
berusaha memanggil si sosok asli ini dari jon yang kau kenal punya kebiasaan
orgasme sendiri.
Kau
harus bisa mengambil hati jon untuk bisa beralih menjadi sosok asli yang sampai
saat itu belum berhasil kau temui. Lalu sebisa mungkin kau dekati jon, dan
membiarkan ia melakukan apa aja yang dia inginkan selagi masih dalam kapasitas
yang bisa kau tampung.
Pada
suatu malam, kau berhasil mendatangkan si sosok yang asli. Yang mengaku kerap
merasa sering kehilangan waktu-waktunya. Dari hitungan jam, hari, bahkan minggu.
Ia lupa bahkan tak sadar apa saja yang telah terjadi selagi ia ‘hilang ingatan’. Ia seperti terbangun
begitu saja di tempat, dengan situasi dan perubahan penampilannya yang sering
membingungkan, lupa sama sekali dengan
benda-benda yang tidak ia ingat pernah membelinya atau dimana keberadaannya.
Bahkan ia bingung ketika pertama kali melihatmu, orang yang tak pernah merasa
ia kenal sebelumnya.
Lalu
kemudian kau menceritakan padanya tentang hal-hal yang ‘terlupakan’ olehnya di
waktu-waktunya yang hilang. Lantas ia langsung kaget luar biasa dan nyaris tak
percaya.
Tapi
dengan tenang kau cairkan lagi suasana. Kemudian kau memancingnya menceritakan
semua hal tentang dirinya. Dari situlah kau tau latar belakang keluarganya dan
semua hal yang telah ia lalui dari kecil hingga ia berumur 26 tahun seperti
sekarang.
Namun
sosok asli ini begitu rapuh, begitu lembut, mudah menangis. Ia mengaku nama
aslinya adalah davina. Davina puteri. Seorang anak lugu
yang dibesarkan oleh ibu yang depresi, dan sedihnya ia pun mengaku juga kerap
kali di-bully di sekolahnya dulu
karna dicap seorang anak janda pelacur.
Untuk
itu ia memendam ego yang besar pada dirinya yang selalu merasa kecil.
Jika
ego yang dipendam olehnya tak terkontrol lagi, begitu kuat menggebu, membuat
emosinya meledak,
seketika
itu pula ia akan berubah menjadi alter yang sangat dominan dalam dirinya. Sosok
yang lebih dulu mengambil alih dan utama di kepribadiannya pada masa-masa
sekarang.
Menjadi Ravid.
Si
laki-laki berambut cepak, berpenampilan kusut, mengaku sebagai seorang pelukis pshyco, yang punya kharisma kuat, yang
tak takut pada apapun, dan sangat mencintai bunga-bunga petunia yang selalu dijadikan
objek lukisnya.
Ya,
itu aku.
Aku
kan yang kau maksud didalam bukumu fe?
Sosok
yang pertama kali kau temui karna niatmu yang awalnya ingin belajar psychology of art dari pelukis jalanan
yang membuka kelas gratis sepertiku. Nyatanya kau bilang, kau dapat hal lain yang
jauh sangat-sangat menarik tentang kepribadianku setelah dari hari kehari
mengenalku. Lalu sengaja kau undang aku ke tempatmu, tempat yang kau sebut dengan
osmosismu yang tak lain adalah tempat praktekmu sebagai seorang psikiatris. Dan kau korek aku…perlahan
namun dalam.
Di bukumu kau bilang, alter
ravid terbentuk karna ketidakmampuan davina dalam hal kesenian. Davina sering
disiksa oleh ibunya jika mendapati ada nilai merah dalam rapornya. Menghukumnya
dengan memerintahkan davina untuk berlutut selama berjam jam diatas tebaran
biji jagung kering panas yang sedang dikeringkan dibawah sinar matahari.
Setelah itu kakinya akan seperti habis terbakar, lebam selama berhari hari,
hingga tak mampu berjalan lagi dan hanya bisa merangkak keesokan harinya.
Ravid
kemungkinan besar muncul dengan sendirinya waktu umur 20 tahun, disaat ibunya
meninggal karena sakit yang dideritanya. Mendadak davina menjadi sendirian,
lalu ia berusaha melanjutkan hidup dengan harta yang tertinggal,dan entah
mengapa sejak itu davina jadi lebih mencintai dirinya sendiri.
Ego
untuk menentang ibunya berhasil ia keluarkan. Membentuk sosok ravid, lelaki
tangguh yang pandai melukis. Melukis
dari apa bahan apa saja, tentang apa saja. Dengan objek paling magisnya yaitu bunga
petunia. Yang tak lain, ialah bunga-bunga kesukaan ibunya yang dominan
menghiasi makam ibunya. Bunga penanda ia telah terbebas dari neraka yang selama
ini ia jalani.
Kau bilang, informasi itu kau
dapatkan dari bicara lagi dengan alter davina. Yang selalu merasa rapuh tiap
mengingat kenangannya di masa lampau.
Davina
bercerita tak pernah tau kalau ia bisa melukis sebelumnya, dan merasa bingung
dengan banyak lukisan yang sering ia jumpai ketika ia telah kembali sadar. Ibunya
bagaikan iblis bagi dirinya, yang punya peran penting dalam kehidupannya yang
dulu jauh dari kata bahagia.
Dan
di waktu berbeda dengan mudahnya alter yang lain, jon dapat bercerita dengan gamblang semua hal
yang ingin kau ketahui tentang ravid maupun davina.
Karna
kau bilang, didalam kasusku alter yang satu dengan yang lainnya tidak saling
mengenal. Kecuali alter jon yang mengenal dan mudah berkomunikasi dengan semua
pribadi yang ada dalam tubuhku.
Bahkan
dibuku ini kau sebutkan, mengapa nama ravid bisa begitu saja muncul dalam
diriku.
Kau
klaim dirimu telah memecahkan teka teki itu, yang semuanya berhubungan dari
awal kau mengenalku. Dari hal-hal kecil mengenaiku dan semua kunci yang
berhasil kau buka dari pintu ke pintu.
Ya,
kau sepenuhnya sukses. Dalam menganalisa semua isi dari pintu itu.
‘petunia-ravid’ adalah anagram atau permainan acak kata seperti
scrabble dari nama asli diriku
‘davina-puteri’.
Dan
sekarang bukumu itu mendadak tenar , terjual hingga puluhan ribu kopi. diakui
sebagai terobosan dan masterpiece
dalam kasus menyangkut psikologi manusia. Well, selamat fe. Cita cita mu untuk
menjadi besar akhirnya tercapai. Dan lagi lagi aku hanya disini…
Itu
pribadiku yang kau kuliti, fe
Secara
gamblang kau paparkan di tiap tulisan, dengan tiada ampun, tak memakai anonim
sekalipun.
Jahat
kamu, fe…
Tidak,
aku tak butuh royalti se-peserpun darimu.
Tak
ada guna kau menelefonku dengan niatan ingin mengenalkanku ke publik, publik
yang ingin menyikap aku dan membantuku untuk bisa menjalani hidup yang lebih
baik.
Berani
nya kamu! Aku tidak sesakit itu!
Atau…..atau
inikah salah satu bagian dari rencanamu? Untuk menjual kehidupan orang lain dan
mengambil profit dari itu?memutar balikan fakta, dan menciptakan pribadi
pribadi yang tak pernah ada sebelumnya?
Rencana-rencanamu
tiba-tiba terbaca di pikiranku.
Iya
fe, aku memang sayang kamu, aku memang mengagumimu
Dengan
segala prestasimu dan kesuksesanmu…
Namun dikemudian hari entah
kenapa aku mengiyakan tawaranmu untuk mengenalkan ku ke masyarakat luas. Katamu
orang-orang diluar sana mulai sangsi akan kisah yang kau tulis,
untuk
itu kau akan membawaku ke media dan membuktikan bahwa si tokoh dalam bukumu
itu, memang sungguh ada.
Sebelumnya
itu, ijinkan aku mampir ketempatmu
Karna
aku punya kejutan kecil untuk kamu.
Aku
membawakan buah karyaku.
Khusus
untukmu. Tapi…entahlah…
Ketika
aku menunjukannya kepadamu,
Kau
sontak terdiam, tertegun cukup lama.
Bermenit
menit kau berhenti mengedip.
Seolah
kau tertarik ke dalam duniaku.
Kau
mengikuti alurku.
Mengenalku
lebih.
Mengerti
rasanya menjadi aku.
Seolah
kau lupa rasanya pernah bahagia.
Seakan
kau mengerti, bahwa kau harus berhenti mencari.
Di
satu titik itu.
Bahwa
yang mana saja diriku,
Mau
yang ini, yang itu. Peduli setan.
Yang
paling penting adalah,
Aku
tulus… Akulah orang yang paling mencintaimu, fe..
Ah…tapi
kau masih di sudut itu. Bahkan sepertinya kau lupa, kau masih memijak bumi.
Kau
terus memandangiku tiada ampun.
Memandangi
tubuhku yang tak lagi memakai seujung benang pun.
Memandangi
wajahmu yang terlukis di sekitar dada dan perutku.
Memandangi
buah karyaku yang aku torehkan di sekujur tubuhku, membentuk pola pola
permanen, membentuk lekuk-lekuk wajahmu. Sedang memegang bunga petunia
kesukaanku.
Lukisan
ini tiada akan lekang. Akan terus terukir dikulit ini, bahkan sampai aku mati.
Special
buat kamu fe.
Kini
ruang di sekujur tubuhku hanya untuk kamu. kau bebas memegangnya, memeluknya,
menciumnya, memilikinya.
Ini
tubuhku jadi kanvasnya.
Ini
lukaku jadi garisnya.
Ini
wajahmu jadi jawabannya.
Bulir-bulir airmata mu pun jatuh
spontan. Kau menangis seperti sedang menanggung pedih, lalu bertanya
“kenapa?
kenapa sampai sebegini nya? Aku cuma ingin membantumu.. tolong jangan lagi
berlebihan kepadaku, dan menganggapku orang paling penting dalam hidupmu.. aku
hanya ingin professional dan
sebenarnya kamu ini bergender sama
denganku..apa kau sadar itu? biarkan aku bantu
menyembuhkanmu ya?”
Setelah
tarikan nafas kedua, kau berhenti menangis dan kembali terlihat khawatir
kepadaku.
“oh
god…bagaimana caranya menghapus tatto sebesar ini dari tubuhmu…omong omong kau
pakai apa untuk menggambar ini?”
Aku
tak menjawab. Jujur, itu bukan pernyataan yang ingin aku dengar.
Sudah
jelas aku ditolak mentah-mentah olehmu kan.
Bilang
saja begitu. Tak usah sok peduli, kau palsu!
Tidak
kah kau pernah liat seberapa besar perjuanganku untukmu?
Jahat
kamu fe…
Setelah basa basi itu, aku pergi.
Dan aku tak berharap kembali lagi. Walau kau menjadwalkan untuk bertemu lagi
denganku dan berjanji ingin membawa beberapa terapis ahli kepadaku.
Aku
hanya iya, iya saja.
Omong
kosong. Lalu aku pergi dan aku hanya
menitipkan satu pot kecil bunga petuniaku untuk mengiasi meja kerjamu. Aku
bilang aku akan kembali lagi kepadamu dalam satu minggu kedepan.
Satu
minggu setelah itu aku menemuimu lagi,
Dan…disinilah
aku sekarang ,fe.
Janjiku
untuk bertemu lagi denganmu sudah aku tepati.
Tepat
diatas pusara mu.. aku bawakan bunga-bunga petunia cantik penghias makammu.
Sama
seperti makam ibuku, fe..
Aku
memang sayang kamu fe,
Tapi
maaf ya
Jika
aku tidak bisa memilikimu,
Maka
tidak ada seorangpun yang boleh.
Aku
yang menawarkan cinta tempo hari kepadamu, tapi kau menolak.
Namun
jika aku menhantarkan keabadian untukmu, kau tak akan bisa menolaknya bukan?
Kau menolak untuk aku cintai.
Berarti kau bersedia untuk kubenci.
Bunga yang
aku bawakan untuk penghias meja kerjamu, itu bukan bunga petunia yang biasa kau
lihat. Itu Aconitum. Sejenis bunga
terompet juga, sepertinya masih kerabat dengan bunga petunia. Karna agak mirip,
dan jelas kau tak bisa membedakan. Karna kau tak pernah tau apa-apa tentang
diriku, tentang kesukaanku.
Kau tau fe? Serbuk bunga aconitum adalah serbuk yang sering
digunakan untuk racun pada anak panah oleh suku minaro. Yang jika tersentuh sedikit
saja akan mengakibatkan keadaan perih dan mati rasa.
Jika dosisnya banyak, tak sampai beberapa menit organ yang
tersentuh akan terasa seperti terhujam jutaan jarum, perih dan panas yang
teramat sangat. Setelah itu waktu akan terasa berjalan lamban bagi si korban,
pelan, ya siksaan itu muncul perlahan. Bagi si korban rasa satu detik berlalu
seperti ribuan tahun lamanya..
Lalu delusi, halusinasi bergantian akan muncul. Si korban akan
melihat hal-hal yang tak pernah ada yang sebenarnya hanya dibuat oleh kekacauan
otak, memori yang bertabrakan. Matanya seakan bukan lagi miliknya. Refleksnya
hilang, seakan kaki dan tangannya bukan lagi miliknya.
Kemudian jika sudah terjatuh…hanya hitungan detik, nafas akan
terhenti. Jantung kehilangan irama detaknya. Tubuhnya bukan lagi miliknya…Dan
kematian pun akan datang menghampiri..
Lagipula tak
perlu menunggu kau memegang atau mencium wanginya. Hanya tinggal menunggu waktu
si serbuk sari dari bunga akan matang dan jatuh dengan sendirinya, tercecer di
meja kerjamu. Untuk itu aku menambahkan ekstra serbuk di pot tersebut.
Mustahil tak akan tersentuh atau terpegang olehmu…
Benar saja kan fe…tak perlu menunggu lama, dua hari setelah itu
kau ditemukan terkapar kaku di meja kerjamu. Di ruangan mu sendiri, yang kau
sebut osmosismu.
Lucunya fe, tak
ada yang menetapkan ini sebagai sebuah pembunuhan, perencanaan pembunuhan
apalagi fe. Bahkan tak ada satu orang pun yang mencurigai aku. Aku bersih. Aku
manusia bebas, tak tersentuh.
Kau tau mengapa fe?
Apa kau lupa bahwa sebelumnya memang tak ada orang lain yang
mengenal si tokoh dalam bukumu ini..
Yang tak pernah dikenalkan, bahkan bertemu muka dengannya..
Seakan aku hanyalah buah dari imajinasimu,fe. Aku tak pernah ada,
dan hanya sulapan dari tinta-tinta karya tulismu saja.
Dan kau lah satu-satunya orang yang tertuduh disini. Yang gila
akan proyeknya sendiri.
Lalu berakhir mati.
Selamat tidur fe…
Dan ingatlah aku selalu menuliskanmu
Dalam mimpi-mimpiku tentang bintang yang terlampau terang
Kamu terbiaskan dalam senandungku tiap waktu
Nama mu ku lafalkan
Walau tak fasih, namun dekapmu terasa pasti
Aku menuliskanmu. Berdoa untukmu. Simpan rindu untukmu.
Pada saatnya nanti kau bisa gapai langit tinggi,
Bunga-bunga petunia ini akan ikut menghapus perih untukmu.
Untukku. menjagamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar